Kode Otentikasi telah dikirim ke nomor telepon melalui WhatsApp
Menikah adalah perjalanan panjang penuh komitmen, kerja sama, dan pengorbanan. Namun, bagaimana jika pernikahan harus dijalani dalam jarak yang memisahkan? Itulah tantangan nyata dalam Long Distance Marriage (LDM) pernikahan jarak jauh yang dialami banyak pasangan di Indonesia, terutama para Bunda yang harus membesarkan anak tanpa kehadiran fisik pasangan di sisi.
Long Distance Marriage bukan hanya soal rindu, tetapi tentang bagaimana tetap menjaga cinta, komunikasi, dan keharmonisan rumah tangga di tengah kesendirian menjalani peran ganda. Ini adalah perjuangan yang seringkali tidak terlihat, tapi sangat nyata dan membutuhkan kekuatan luar biasa. Yuk, Bunda simak informasi selengkapnya bersama Bunda dan si Kecil!
LDM adalah kondisi ketika pasangan suami istri tinggal di dua tempat berbeda dalam jangka waktu panjang. Biasanya disebabkan oleh pekerjaan, seperti menjadi pelaut, TNI, pekerja proyek luar kota atau luar negeri, atau tenaga kerja migran. Dalam kondisi ini, banyak Bunda yang menjalani peran sebagai ‘Bunda sekaligus ayah’ dalam kehidupan sehari-hari bersama anak-anak.
1. Menjalani Peran Ganda
Tanpa kehadiran pasangan di rumah, seluruh tanggung jawab rumah tangga dan pengasuhan anak otomatis berada di tangan Bunda. Mulai dari bangun pagi, menyiapkan makanan, antar jemput sekolah, hingga menjadi tempat curhat dan pelindung anak.
Bunda harus mampu mengambil keputusan sendiri, mengatur keuangan rumah tangga, dan memenuhi kebutuhan emosional anak sekaligus menguatkan diri sendiri. Beban ini tentu sangat berat, terlebih jika tidak ada sistem dukungan yang memadai.
Foto: Internet
2. Menghadapi Pertanyaan Anak tentang Ayahnya
Salah satu beban emosional terbesar dalam LDM adalah menghadapi pertanyaan polos dari anak yang mulai merindukan ayahnya. Kalimat sederhana seperti “Bunda, kapan Ayah pulang?” bisa menjadi pukulan emosional yang berat bagi seorang Bunda.
Dalam situasi seperti ini, Bunda tidak hanya berperan sebagai pengasuh, tapi juga sebagai penjaga kestabilan emosional anak—menjawab dengan jujur tanpa menyakiti, dan tetap memberikan rasa aman meski tanpa kehadiran ayah secara fisik.
3. Menangani Anak Sakit Sendirian
Saat anak sakit, dan tidak ada pasangan untuk berbagi tugas jaga malam atau membawa ke dokter, beban fisik dan mental Bunda semakin berat. Apalagi jika Bunda sendiri sedang dalam kondisi tubuh yang tidak fit.
Kondisi ini kerap membuat banyak Bunda dalam LDM mengalami stres berkepanjangan bahkan burnout. Oleh karena itu, menjaga kesehatan fisik dan mental sangat penting bagi pejuang LDM.
4. Kehamilan dan Persalinan Tanpa Suami
Bagi Bunda yang sedang hamil dan menjalani LDM, kehamilan bisa terasa sepi dan menantang. Tidak adanya pasangan yang menemani saat kontrol kehamilan, menghadapi kontraksi sendirian, atau bahkan melahirkan tanpa dukungan langsung dari suami, menjadi ujian emosional dan fisik yang sangat besar.
Foto: Internet
1. Jaga Komunikasi yang Konsisten
Walaupun terpisah secara fisik, komunikasi tetap harus dijaga. Jadwalkan waktu khusus untuk video call atau telepon setiap hari. Melibatkan anak dalam percakapan ini juga bisa membantu menjaga ikatan emosional dengan ayahnya.
Tips: Kirimkan foto atau video kegiatan anak agar pasangan tetap merasa terlibat dalam tumbuh kembangnya.
2. Bangun Support System
Dukungan sosial sangat penting. Jangan ragu minta bantuan dari orang tua, saudara, atau tetangga saat dibutuhkan. Terutama saat darurat, Bunda perlu tahu bahwa tidak harus menghadapi semuanya sendirian.
Tips: Ciptakan jaringan dengan Bunda-Bunda lain yang juga menjalani LDM, agar bisa saling berbagi dan menguatkan.
3. Libatkan Anak dalam Aktivitas Harian
Mengajak anak membantu dalam aktivitas ringan seperti menata meja makan atau menyapu bisa membangun kemandirian dan kedekatan. Selain itu, ini juga bisa mengurangi tekanan psikologis pada Bunda karena beban rumah tangga terasa lebih ringan.
4. Sisihkan Waktu untuk Me Time
Bunda yang bahagia akan lebih mudah membahagiakan anak. Meski sibuk, luangkan waktu untuk melakukan hal yang disukai: membaca buku, berendam air hangat, menonton drama, atau hanya menikmati secangkir teh sambil duduk tenang.
Tips: Me time tidak harus lama. Cukup 15–30 menit sehari bisa memberikan efek besar untuk menjaga kesehatan mental.
Bunda yang menjalani LDM adalah contoh nyata kekuatan cinta dan ketangguhan. Meski tidak mudah, mereka tetap menjalankan tugasnya dengan penuh cinta dan dedikasi. LDM bukan tanda ketidaksempurnaan rumah tangga, melainkan bukti bahwa cinta bisa bertahan meski raga terpisah.
Dengan komunikasi yang kuat, dukungan sosial yang memadai, serta manajemen emosi yang baik, hubungan dalam LDM tetap bisa harmonis dan tumbuh bersama.
Foto: Internet
Menjalani Long Distance Marriage bukanlah perkara mudah, apalagi bagi Bunda yang harus membesarkan anak sendirian. Namun, di balik segala kesulitan itu, ada kekuatan luar biasa yang tumbuh dalam diri seorang Bunda. Kekuatan untuk bertahan, membesarkan anak dengan cinta, dan menjaga rumah tangga tetap hangat walau dalam jarak yang berjauhan.
Untuk seluruh Bunda pejuang LDM, kalian luar biasa. Terus kuat, terus semangat, karena perjuangan ini tidak akan sia-sia.