Kenapa Ibu Mudah Marah Saat Anak Menangis? Ini Penjelasan Ilmiahnya
Kenapa Ibu Mudah Marah Saat Anak Menangis? Ini Penjelasan Ilmiahnya

Tangisan anak adalah bagian alami dari tumbuh kembang. Bagi bayi dan balita, menangis adalah cara mereka menyampaikan ketidaknyamanan entah karena lapar, lelah, haus, sakit, bosan, atau sekadar ingin dipeluk. Namun bagi sebagian Bunda, suara tangisan anak justru terasa sangat memicu emosi. Bahkan, ada kalanya perasaan marah, panik, dan frustrasi muncul secara tiba-tiba.

Mungkin setelahnya muncul perasaan bersalah, menyalahkan diri sendiri, dan mempertanyakan, “Apakah aku Bunda yang buruk?” Padahal, reaksi emosi itu bukanlah cerminan dari kegagalan Bunda. Sebaliknya, itu adalah sinyal dari tubuh dan pikiran yang sedang kewalahan. Simak penjelasan selengkapnya bersama Bunda dan si Kecil!

Respon Tubuh terhadap Stres: Tangisan Anak Sebagai Pemicu

Secara biologis, otak manusia merespon suara tangisan bayi sebagai sesuatu yang mendesak. Dalam dunia evolusi, hal ini wajar tangisan bayi dirancang untuk segera menarik perhatian orang dewasa demi kelangsungan hidupnya. Tapi bagi orang tua zaman sekarang, yang dibebani oleh berbagai tanggung jawab lain, respon ini bisa berubah menjadi sumber stres.

Saat mendengar tangisan, tubuh Bunda bisa secara otomatis memproduksi hormon stres bernama kortisol. Hormon ini memicu reaksi “fight or flight” atau melawan atau melarikan diri. Dalam konteks pengasuhan, karena tidak mungkin “lari”, maka bentuk reaksinya bisa menjadi emosi yang meledak atau frustrasi yang terpendam.

Ketika tangisan berlangsung terus-menerus, tubuh dan pikiran Bunda merasa seperti berada dalam kondisi darurat yang tak kunjung usai. Inilah yang menjelaskan kenapa emosi terasa cepat naik walau Bunda tahu anak hanya sedang membutuhkan perhatian.

anak menangis ibu marah, ibu cepat emosi saat anak menangis, respon stres pada ibu, kortisol dan tangisan bayi, cara tenangkan diri saat anak rewel, kesehatan mental ibu muda, manajemen emosi parenting, burnout ibu rumah tangga, tips menenangkan diri ibu,

Foto: Internet

Trauma Emosional dan Pengaruh Masa Lalu

Selain respon biologis, reaksi emosional terhadap tangisan juga sering dipengaruhi oleh pengalaman masa kecil atau trauma yang belum terselesaikan.

Misalnya, Bunda yang dibesarkan di lingkungan yang tidak memvalidasi perasaan, terbiasa ditekan untuk tidak menangis, atau mengalami kekerasan verbal, akan memiliki sensitivitas lebih tinggi terhadap suara tangisan atau tekanan.

Ketika anak menangis, luka-luka lama itu bisa ikut terbuka kembali tanpa disadari. Bukan hanya karena anak sedang rewel, tetapi karena situasi tersebut mengaktifkan kembali memori tidak nyaman yang selama ini terpendam. Itulah mengapa penting untuk memahami bahwa setiap emosi punya akar, dan tidak semuanya berasal dari kondisi saat ini.

Emosi Itu Normal, Tapi Harus Dikelola

Merasa kesal, cemas, atau bahkan marah saat anak menangis bukanlah tanda bahwa Bunda gagal. Emosi adalah bagian dari proses menjadi orang tua. Yang membedakan adalah bagaimana emosi itu direspon dan dikelola.

Banyak Bunda merasa bersalah setelah memarahi anak karena menangis. Perasaan itu bisa makin memperberat beban mental yang sebenarnya sudah berat. Maka yang dibutuhkan bukanlah penilaian, tapi kesadaran dan strategi pengelolaan diri agar emosi tidak menguasai situasi.

anak menangis ibu marah, ibu cepat emosi saat anak menangis, respon stres pada ibu, kortisol dan tangisan bayi, cara tenangkan diri saat anak rewel, kesehatan mental ibu muda, manajemen emosi parenting, burnout ibu rumah tangga, tips menenangkan diri ibu,

Foto: Internet

Langkah Praktis untuk Mengelola Emosi Saat Anak Menangis

Berikut beberapa strategi sederhana yang bisa membantu Bunda mengatur emosi saat tangisan anak terasa memicu stres berlebih:

  1. Tarik Napas Perlahan dan Dalam
    Saat emosi mulai naik, tarik napas dalam-dalam beberapa kali. Latihan pernapasan sederhana ini membantu sistem saraf kembali ke kondisi tenang. Ini bukan sekadar teori secara fisiologis, pernapasan dalam membantu menurunkan kadar kortisol.

  2. Ambil Jeda Bila Memungkinkan
    Jika anak dalam kondisi aman, Bunda bisa sejenak meninggalkan ruangan selama satu atau dua menit. Ini bukan berarti meninggalkan tanggung jawab, tetapi memberikan ruang bagi diri sendiri untuk tenang.

  3. Berbicara kepada Diri Sendiri dengan Lembut
    Ucapan seperti “Aku Bunda yang sedang belajar,” atau “Aku lelah, dan itu wajar,” bisa menjadi afirmasi positif yang menenangkan hati. Bunda tidak perlu sempurna, cukup terus berproses.

  4. Cari Dukungan
    Berbagi cerita dengan pasangan, teman sesama Bunda, atau komunitas bisa sangat melegakan. Jangan merasa harus menanggung semuanya sendiri. Bunda yang mendapat dukungan akan lebih mampu menghadapi tantangan harian.

  5. Rawat Diri secara Rutin
    Luangkan waktu untuk makan dengan tenang, tidur cukup, berolahraga ringan, atau melakukan hobi sederhana. Perawatan diri bukanlah egois, melainkan investasi agar Bunda bisa terus hadir untuk anak dengan hati yang lebih lapang.

Perhatikan Kesehatan Mental Bunda

Sering kali perhatian tertuju pada tumbuh kembang anak. Namun, kesejahteraan Bunda juga penting. Bunda yang terus menerus menekan emosinya, tanpa ruang untuk istirahat atau menyalurkan beban, bisa mengalami burnout.

Ledakan emosi yang terjadi bukan karena anak salah, tetapi karena wadah emosi Bunda sudah terlalu penuh. Karena itu, penting bagi lingkungan terdekat suami, keluarga, hingga masyarakat untuk lebih peduli dan mendukung kesehatan mental Bunda.

anak menangis ibu marah, ibu cepat emosi saat anak menangis, respon stres pada ibu, kortisol dan tangisan bayi, cara tenangkan diri saat anak rewel, kesehatan mental ibu muda, manajemen emosi parenting, burnout ibu rumah tangga, tips menenangkan diri ibu,

Foto: Internet

Kesimpulan: Emosi Bukan Musuh, Tapi Tanda Bahwa Kita Perlu Diperhatikan

Bunda yang merasa marah saat anak menangis tidak perlu merasa bersalah. Perasaan itu adalah sinyal tubuh dan jiwa bahwa ada kebutuhan yang belum terpenuhi. Bukan salah anak, dan bukan juga kesalahan Bunda. Itu adalah bagian dari perjalanan yang penuh tantangan sekaligus pembelajaran.

Dengan mengenali sumber emosi, memberikan ruang untuk menenangkan diri, dan mencari dukungan yang tepat, Bunda bisa melalui hari-hari berat dengan lebih tenang. Karena ketika Bunda tenang dan seimbang, anak pun akan tumbuh dalam suasana yang lebih aman, penuh cinta, dan pengertian.

Artikel yang berkaitan