Kode Otentikasi telah dikirim ke nomor telepon melalui WhatsApp
Menikah bukanlah akhir dari perjalanan, melainkan awal dari lembaran baru yang penuh dinamika, kerja sama, dan pertumbuhan bersama. Namun sayangnya, masih banyak pasangan muda yang terlalu terfokus pada pesta dan kemewahan, hingga melupakan aspek terpenting: pola pikir yang sehat dan kesiapan emosional.
Kampanye edukatif dari @suretez menekankan bahwa membangun pernikahan bukan hanya menjalankan tradisi, tapi juga memahami esensinya. Berikut adalah beberapa pola pikir yang perlu dibentuk sebelum melangkah ke pelaminan. Yuk, simak penjelasannya bersama Bunda dan si Kecil!
1. Menikah Bukan Ajang Pamer
Sering kali pernikahan dikaitkan dengan pesta yang megah, dekorasi menawan, dan baju pengantin mahal. Padahal, sebagaimana dijelaskan oleh @suretez, pernikahan bukan perlombaan kemewahan, melainkan perjalanan menyatukan dua hati dalam satu tujuan yang sama.
“Nggak penting seberapa mewah pesta pernikahannya. Karena inti dari pernikahan bukan itu.”
Fokuslah pada nilai dan tujuan hidup bersama, bukan validasi dari media sosial atau lingkungan sekitar. Pernikahan adalah rumah, bukan panggung pertunjukan.
Foto: Internet
2. Belajar Komunikasi yang Sehat
Komunikasi bukan hanya soal bicara, tapi juga mendengar, memahami, dan menerima tanpa menghakimi. Dalam kehidupan pernikahan, tidak semua keluhan butuh solusi—kadang pasangan hanya ingin didengarkan dengan sepenuh hati.
“Belajarlah menyampaikan dengan jujur, mendengarkan dengan tulus, dan memahami tanpa menghakimi.”
Kemampuan untuk berdialog sehat, merespons emosi dengan empati, dan menyelesaikan konflik tanpa menyakiti akan menjadi fondasi kokoh dalam rumah tangga.
3. Menikah Karena Esensi, Bukan Desakan
Banyak pasangan menikah karena tekanan sosial—usia, keluarga, atau lingkungan. Padahal, pernikahan adalah ibadah yang harus dilandasi cinta, tanggung jawab, dan niat yang tulus untuk hidup bersama dalam kebaikan.
“Menikahlah karena Allah, jalani karena cinta, dan bertahanlah karena tanggung jawab bersama.”
Pernikahan seharusnya menjadi ruang aman untuk tumbuh, bukan penjara emosional karena keputusan yang terburu-buru atau semata-mata mengejar status.
4. Jangan Lupa, Persiapan Mental Sama Pentingnya dengan Persiapan Pesta
Pernikahan yang sehat tidak dibangun hanya dalam satu hari pesta, tapi oleh persiapan panjang yang melibatkan mental, emosi, dan nilai spiritual. Banyak pasangan sibuk mencari vendor pernikahan terbaik, namun lupa mempersiapkan diri untuk tantangan emosional pasca-menikah.
Persiapan yang seharusnya dilakukan:
Foto: Internet
5. Saling Bertumbuh, Bukan Menuntut Sempurna
Pasangan bukan untuk disempurnakan, tapi untuk saling bertumbuh bersama. Menikah berarti menerima kekurangan pasangan, mendukung satu sama lain saat lemah, dan bersabar ketika perbedaan muncul.
“Tidak ada pasangan yang sempurna, tapi dua orang yang mau saling belajar dan memperbaiki diri.”
Salah satu pola pikir penting yang harus dibangun sebelum menikah adalah kemampuan untuk fleksibel dan penuh empati.
6. Pahami Realita Pernikahan: Tidak Selalu Indah, Tapi Bisa Selalu Bermakna
Media sosial sering menampilkan sisi manis pernikahan—staycation, hadiah, makan malam romantis. Namun di balik itu semua, ada pagi yang penuh diam, ada malam yang dilalui dengan air mata, ada kompromi yang berat, dan ada perjuangan panjang untuk memahami.
Menikah bukan tentang selalu bahagia, tapi tentang komitmen untuk tetap tinggal dan menyelesaikan bersama. Pasangan yang sehat adalah mereka yang tidak lari saat badai datang, tapi belajar mendayung bersama.
7. Libatkan Tuhan dalam Setiap Langkah
Pernikahan adalah bentuk ibadah. Menyatukan dua kehidupan membutuhkan kekuatan spiritual. Maka, dalam memilih pasangan dan menjalani rumah tangga, penting untuk membawa nilai-nilai ketuhanan.
“Niatan menikah bukan karena desakan, tapi karena ingin hidup bersama dalam kebaikan.”
Dengan niat yang lurus, rumah tangga akan lebih tahan terhadap guncangan, dan pasangan akan lebih mudah memaafkan serta saling memperkuat.
Foto: Internet
Penutup: Kesiapan Batin = Pernikahan yang Panjang Umur
Pesta bisa berakhir dalam sehari. Tapi pernikahan? Ia berlangsung seumur hidup. Dan agar pernikahan itu tidak sekadar bertahan, tapi juga berkembang, maka bangunlah pola pikir yang sehat sejak awal.
Ingat, cinta saja tidak cukup. Butuh pemahaman, kesabaran, komunikasi, dan komitmen untuk menjadikan pernikahan sebagai ruang tumbuh bersama. Jadi, sebelum menikah, bukan hanya siap mental tapi juga siap menjadi pasangan yang bertanggung jawab dan sadar tujuan.