Kode Otentikasi telah dikirim ke nomor telepon melalui WhatsApp
Di era yang serba cepat dan penuh pengaruh dari luar, tantangan terbesar dalam mendidik anak bukan hanya soal memberikan nutrisi atau mendisiplinkan perilaku, tapi juga membentuk karakter yang kuat. Salah satu karakter penting yang perlu ditanamkan sejak dini adalah pendirian atau keteguhan hati. Anak yang memiliki pendirian tidak akan mudah terbawa arus, mampu berkata “tidak” pada tekanan sosial, dan bisa memilih yang terbaik untuk dirinya sendiri.
Berikut adalah panduan yang bisa Bunda terapkan agar anak tumbuh menjadi pribadi yang teguh dan tidak mudah goyah oleh pengaruh sekitar. Simak penjelasan selengkapnya bersama Bunda dan si Kecil!
Nilai dan prinsip hidup seperti kejujuran, tanggung jawab, serta empati adalah pondasi utama karakter anak. Menanamkannya tidak harus menunggu anak besar. Justru sejak usia dini, Bunda bisa mulai mengenalkan konsep ini melalui cerita, diskusi ringan, dan refleksi dari kejadian sehari-hari.
Contohnya, ketika anak bercerita tentang teman yang curang saat bermain, Bunda bisa bertanya, “Menurut kamu itu benar atau tidak?” atau “Apa yang bisa kamu lakukan kalau di posisi itu?” Cara ini menumbuhkan kesadaran moral dan kemampuan berpikir etis, sehingga anak terbiasa menilai suatu tindakan bukan dari tekanan lingkungan, tetapi dari keyakinannya sendiri.
Foto: Internet
Anak yang percaya pada dirinya sendiri akan lebih berani mempertahankan pilihan. Bunda bisa membangun rasa percaya diri anak dengan memberinya kesempatan untuk mengambil keputusan sederhana setiap hari, seperti memilih pakaian, menentukan menu sarapan, atau memilih buku yang ingin dibaca.
Penting juga untuk menghargai pendapat anak, walaupun berbeda dengan keinginan kita. Dengan merasa didengar dan dihargai, anak akan tumbuh menjadi individu yang tahu bahwa suaranya berarti dan layak dipertahankan.
Anak yang bisa berpikir kritis tidak akan mudah percaya begitu saja pada informasi atau pengaruh dari luar. Kemampuan ini bisa dilatih lewat pertanyaan terbuka seperti, “Kenapa kamu pilih itu?” atau “Menurut kamu, pilihan yang paling baik yang mana dan kenapa?”
Bunda juga bisa melibatkan anak dalam menganalisis cerita dari film atau buku yang ditonton bersama. Misalnya, membahas keputusan tokoh dan konsekuensinya. Ini akan membantu anak belajar menilai situasi dari berbagai sudut pandang sebelum mengambil keputusan.
Foto: Internet
Anak belajar lebih banyak dari apa yang mereka lihat, bukan sekadar dari apa yang mereka dengar. Jika Bunda dan ayah konsisten dalam memegang prinsip hidup—seperti menolak melakukan hal yang bertentangan dengan nilai keluarga—anak akan memahami bahwa mempertahankan pendirian adalah hal yang wajar dan terhormat.
Tunjukkan pada anak bagaimana cara menghadapi tekanan sosial dengan santun, misalnya saat menolak ajakan yang tidak sesuai, atau memilih untuk berkata jujur walau sulit. Anak akan meniru sikap ini dalam kehidupannya kelak.
Salah satu bentuk pendirian yang penting adalah kemampuan untuk berkata “tidak” secara asertif. Bunda bisa mengajarkan anak cara menolak dengan sopan namun tegas, seperti: “Maaf, aku tidak mau,” atau “Aku tidak nyaman melakukan itu.”
Bunda bisa membuat skenario ringan untuk melatih anak, seperti menolak makanan yang tidak disukai dengan tetap menghormati yang memberi, atau menolak pelukan dari kerabat jika merasa tidak nyaman. Cara ini memperkuat kesadaran akan batasan pribadi, yang menjadi dasar penting dalam membangun pendirian.
Setiap anak memiliki potensi dan keistimewaan yang unik. Bunda bisa membantu anak mengenali dirinya melalui dukungan terhadap hobi, minat, atau bakat tertentu. Ketika anak merasa bangga dan percaya diri terhadap dirinya, mereka tidak akan merasa perlu menyesuaikan diri hanya demi diterima orang lain.
Hindari membandingkan anak dengan saudara atau teman. Fokuslah pada pencapaian pribadi anak dan rayakan setiap langkah kecil yang menunjukkan perkembangan positif. Dengan begitu, anak akan tumbuh menjadi pribadi yang mengenal dan menerima dirinya dengan baik.
Foto: Internet
Lingkungan berperan besar dalam membentuk karakter anak. Arahkan anak untuk bergaul dengan teman-teman yang memiliki nilai positif, dan jangan ragu untuk membahas dampak dari pertemanan yang kurang sehat.
Bunda juga bisa membentuk lingkungan rumah yang penuh komunikasi terbuka. Ketika anak merasa aman untuk berbicara dan tidak takut dihakimi, ia akan lebih nyaman menyuarakan pendapat dan berdiri pada prinsipnya.
Foto: Internet
Membentuk anak yang memiliki pendirian adalah proses panjang yang membutuhkan kesabaran dan konsistensi. Dimulai dari rumah, Bunda memiliki peran besar dalam membantu anak mengenal dirinya, menghargai nilai-nilai hidup, dan berani menjadi berbeda jika itu benar.
Anak yang terbiasa berpikir, didengarkan, dan diberi ruang mengambil keputusan akan tumbuh dengan rasa percaya diri tinggi. Ia tidak mudah terombang-ambing oleh arus, dan akan menjadi pribadi yang teguh dalam menjalani hidupnya.
Ingat, tujuan dari pengasuhan bukan untuk mencetak anak yang sempurna menurut standar orang lain, tetapi membesarkan anak yang sadar siapa dirinya dan mampu berdiri teguh dalam nilai yang ia yakini.