Kode Otentikasi telah dikirim ke nomor telepon melalui WhatsApp
Pernahkah Bunda merasa sudah melakukan segala hal demi kebaikan anak mengatur jadwal hariannya, memilihkan sekolah terbaik, membatasi pergaulan, bahkan menentukan aktivitas harian namun justru mendapati anak semakin sulit diatur? Jika ya, Bunda tidak sendirian. Ini adalah dinamika yang sering terjadi dalam dunia pengasuhan, terutama saat anak mulai beranjak remaja.
Semakin Bunda mencoba mengontrol semua aspek kehidupan anak, semakin besar kemungkinan anak akan mencari cara untuk lepas dari kendali tersebut. Ini bukan hanya pengalaman banyak Bunda, tetapi juga didukung oleh studi dalam psikologi perkembangan anak. Masa remaja adalah fase kritis yang menuntut pendekatan pengasuhan yang berbeda dari masa kanak-kanak. Simak penjelasan selengkapnya bersama Bunda dan si Kecil!
Kontrol Ketat: Perlindungan atau Tekanan?
Banyak Bunda merasa wajar menerapkan kontrol ketat terhadap anak remaja. Alasannya bisa sangat masuk akal: khawatir anak terjerumus dalam pergaulan negatif, takut mereka membuat keputusan yang keliru, atau sekadar ingin memastikan anak tetap berada di jalur yang benar. Niat ini tentu tidak salah. Namun yang perlu dipertimbangkan adalah bagaimana cara menyampaikan kontrol tersebut.
Ketika kontrol disampaikan dalam bentuk larangan kaku, minim ruang diskusi, dan tanpa dialog, maka remaja akan merasa tidak dipercaya. Akibatnya, mereka bisa menyimpan rasa kesal, merasa tidak dihargai, dan memilih untuk menyembunyikan hal-hal penting dari Bundanya. Dalam jangka panjang, kondisi ini bisa berdampak buruk bagi hubungan emosional antara Bunda dan anak.
Foto: Internet
Saat Anak Kehilangan Ruang untuk Bersuara
Anak remaja secara alami memiliki keinginan untuk diakui, dipercaya, dan diberi kesempatan. Saat mereka merasa suaranya tidak dihargai, mereka tetap akan mencari kebebasan itu namun seringkali melalui cara-cara yang berisiko. Mereka bisa jadi tampak patuh di rumah, namun di luar menunjukkan perilaku yang sama sekali berbeda.
Pengasuhan yang sehat bukan soal siapa yang paling benar atau siapa yang paling berkuasa. Justru, ketika Bunda membangun ruang dialog yang terbuka, remaja akan lebih mudah untuk terbuka dan merasa aman berbicara tentang masalah yang mereka hadapi.
Strategi Mengasuh Remaja Tanpa Kehilangan Kendali
Mengasuh remaja bukan berarti membiarkan mereka sepenuhnya bebas. Tetap ada aturan dan batasan, namun disampaikan dengan cara yang membangun kedekatan, bukan dominasi. Berikut beberapa cara yang bisa diterapkan Bunda:
Beri Kepercayaan Sejak Dini
Kepercayaan adalah fondasi dari hubungan yang sehat antara Bunda dan anak. Ketika anak merasa dipercaya, mereka cenderung tidak ingin mengecewakan Bundanya. Mereka belajar mengambil tanggung jawab atas pilihannya sendiri.
Foto: Internet
Tetapkan Batasan yang Sehat dan Disepakati Bersama
Batasan tetap penting, terutama di masa remaja. Namun cara menetapkannya harus disesuaikan. Libatkan anak dalam membuat aturan. Misalnya, diskusikan jam malam, penggunaan gadget, atau aktivitas akhir pekan bersama-sama agar anak merasa didengar.
Bangun Komunikasi Dua Arah
Hindari pendekatan satu arah seperti: “Karena Mama bilang begitu.” Cobalah membuka ruang dialog. Tanyakan alasan di balik keinginan anak, lalu jelaskan pertimbangan Bunda. Dengan begitu, anak belajar memahami sudut pandang dan logika orang dewasa.
Jadilah Pendamping, Bukan Penguasa
Posisi Bunda idealnya adalah pendamping yang siap mendukung dan mengarahkan, bukan penguasa yang hanya memberi perintah dan larangan. Ketika anak merasa didampingi, mereka lebih terbuka dan tidak merasa perlu menyembunyikan hal dari Bundanya.
Kontrol Tidak Sama dengan Kedekatan
Sering kali Bunda berpikir bahwa semakin banyak aturan yang dibuat, semakin aman anak mereka. Padahal, kedekatan emosional lebih berpengaruh terhadap perilaku remaja daripada jumlah aturan yang ditetapkan. Anak yang merasa dekat dan dipercaya oleh Bundanya akan berpikir dua kali sebelum melakukan hal-hal yang bisa melukai kepercayaan tersebut.
Maka, penting bagi Bunda untuk mengevaluasi ulang: apakah pendekatan pengasuhan yang dijalani selama ini membangun kedekatan atau justru menjauhkan?
Remaja Butuh Dibimbing, Bukan Diperintah
Usia remaja adalah masa eksplorasi dan pencarian jati diri. Di masa ini, mereka ingin merasa berdaya, mampu mengambil keputusan, dan dihargai sebagai individu. Tugas Bunda adalah membimbing proses ini dengan kasih sayang dan kebijaksanaan.
Kesalahan yang dibuat anak bukan berarti Bunda gagal sebagai Bunda. Sebaliknya, itu adalah bagian dari proses tumbuh. Justru melalui kegagalan dan pembelajaran, anak akan memperkuat judgemental skill kemampuan menilai risiko, menganalisis situasi, dan membuat keputusan yang lebih baik.
Foto: Internet
Menjadi Bunda yang Cukup
Tidak ada Bunda yang sempurna, begitu pula dengan anak. Tujuan utama bukan menjadi Bunda yang serba bisa dan mengatur segalanya, tetapi menjadi Bunda yang cukup hadir, cukup peduli, dan cukup bijaksana untuk mengizinkan anaknya belajar.
Ketimbang membuat lebih banyak aturan, cobalah mendengarkan lebih banyak. Ketimbang mengontrol lebih ketat, cobalah membuka ruang dialog. Dengan pendekatan yang lebih manusiawi dan saling percaya, Bunda bisa membantu anak tumbuh sebagai pribadi yang kuat, mandiri, dan bertanggung jawab.