Kode Otentikasi telah dikirim ke nomor telepon melalui WhatsApp
Dalam membangun keluarga yang seimbang, tanggung jawab pengasuhan tidak hanya ada di tangan bunda. Ayah memiliki peran penting yang tak kalah krusial dalam membentuk karakter dan keseimbangan emosi anak. Salah satu situasi umum yang sering muncul adalah ketika bunda memarahi anak karena suatu kesalahan. Pada momen seperti ini, kehadiran ayah sangat dibutuhkan untuk menjaga harmoni dan memberikan stabilitas emosional dalam keluarga.
Bagaimana sebaiknya ayah bersikap? Tidak mudah memang, karena salah langkah justru bisa memperburuk keadaan. Berikut panduan bagi ayah untuk menjadi penengah yang bijak saat bunda menegur anak. Simak penjelasan selengkapnya bersama Bunda dan si Kecil!
Saat bunda sedang marah kepada anak, biasanya suasana rumah jadi lebih tegang. Anak mungkin merasa takut, sedih, atau bingung. Di sinilah peran ayah sebagai penenang sangat dibutuhkan. Namun, penting untuk tidak mempermalukan atau menyalahkan bunda di depan anak. Jika ayah terlihat menentang bunda, anak bisa kehilangan rasa hormat terhadap bundanya dan menjadi bingung terhadap figur otoritas dalam keluarga.
Sebaliknya, ayah bisa mendekati anak dengan tenang, menenangkan tanpa memberikan penilaian siapa yang benar atau salah. Setelah situasi reda, ayah dapat berdiskusi dengan bunda secara pribadi untuk menyampaikan pandangannya dengan empati dan membangun kesepahaman bersama.
Foto: Internet
Jika bunda sudah lebih dulu menegur anak, ayah sebaiknya tidak ikut menambah tekanan dengan memarahi juga. Anak yang sudah merasa disalahkan cenderung menjadi lebih tertutup atau bahkan memberontak jika ia tidak merasa dimengerti. Saat anak dalam kondisi mental yang sensitif, yang ia butuhkan adalah pelukan, ketenangan, dan rasa aman.
Pendekatan ayah sebaiknya penuh kasih. Dengarkan perasaan anak, ajak bicara dari hati ke hati, dan bantu anak memahami bahwa kemarahan bunda adalah bentuk perhatian dan cinta, bukan penolakan.
Bukan hanya anak yang mengalami emosi setelah konflik, bunda pun seringkali masih terbawa perasaan. Ketika bunda sedang marah, bukan waktu yang tepat bagi ayah untuk menyalahkan atau memperdebatkan. Yang terbaik adalah memberi bunda waktu untuk menenangkan diri, sementara ayah mengambil alih situasi.
Ayah bisa mengajak anak melakukan aktivitas yang menyenangkan dan ringan, seperti membaca buku cerita, menggambar, atau berjalan-jalan sejenak. Ini tidak hanya membantu anak merasa lebih rileks, tetapi juga memberi ruang bagi bunda untuk mereset emosinya.
Foto: Internet
Anak-anak sering kali belum mampu memahami alasan di balik teguran dari orang tua. Ayah bisa hadir sebagai jembatan komunikasi yang menjelaskan maksud dari bunda secara lebih lembut dan membangun. Misalnya, ayah bisa berkata, “Tadi bunda marah karena kamu meninggalkan mainan berserakan. Bunda ingin kamu belajar bertanggung jawab, bukan karena bunda tidak sayang.”
Penjelasan seperti ini membuat anak lebih mudah menerima dan memahami alasan teguran, tanpa merasa disalahkan atau ditolak. Anak pun belajar bahwa teguran adalah bagian dari pembelajaran, bukan hukuman semata.
Kekompakan orang tua sangat penting dalam mendidik anak. Jika bunda dan ayah memiliki sikap yang berbeda di hadapan anak, maka anak bisa merasa bingung dan sulit membangun disiplin. Oleh karena itu, ayah dan bunda perlu saling mendukung dalam hal pengasuhan, termasuk dalam cara menyampaikan teguran.
Diskusikan bersama bagaimana pola asuh yang ingin diterapkan. Setelah sebuah konflik terjadi, evaluasi bersama agar ke depannya bisa menghadapi situasi serupa dengan pendekatan yang lebih efektif dan tidak menimbulkan luka emosional pada anak.
Foto: Internet
Situasi ketika anak dimarahi bisa menjadi kesempatan untuk mengajarkan anak tentang manajemen emosi. Setelah anak tenang, ayah bisa membimbing anak untuk mengungkapkan apa yang ia rasakan, dan mengajarkannya bahwa marah itu wajar, asalkan disampaikan dengan cara yang baik.
Ajarkan anak untuk mengenali emosinya, menamai perasaannya, dan mengekspresikannya secara sehat. Dengan begitu, anak akan tumbuh menjadi individu yang peka secara emosional dan mampu mengelola konflik dengan bijaksana.
Kesimpulan
Peran ayah dalam keluarga sangat penting, terutama dalam situasi emosional seperti ketika bunda memarahi anak. Ayah bukan hanya pengamat, melainkan tokoh kunci yang bisa menciptakan keseimbangan emosional dan menjaga keharmonisan rumah tangga. Dengan sikap yang tenang, penuh empati, dan terkoordinasi dengan bunda, ayah bisa menjadi figur yang dihormati dan dicintai, baik oleh anak maupun pasangannya.
Keluarga yang sehat bukan berarti tanpa konflik, melainkan mampu menyelesaikan konflik dengan cara yang membangun. Dengan kerja sama antara bunda dan ayah, anak akan tumbuh dalam lingkungan yang aman, penuh cinta, dan mampu mengembangkan kecerdasan emosional sejak dini.