Kata-Kata yang Menyayat: Dampak Komentar Fisik Anak bagi Kesehatan Mental Ibu
Kata-Kata yang Menyayat: Dampak Komentar Fisik Anak bagi Kesehatan Mental Ibu

Banyak orang menganggap ucapan seperti “anaknya kok kecil banget, gak kayak anak seusianya?” hanyalah bagian dari percakapan ringan. Namun bagi Bunda yang tengah berjuang mengasuh anak dengan tantangan tumbuh kembang seperti picky eater, keterlambatan motorik, atau bahkan kondisi stunting komentar seperti itu bisa terasa menyakitkan dan membekas dalam waktu lama.

Komentar-komentar fisik yang terlontar tanpa pertimbangan sering kali menimbulkan tekanan tersendiri, terlebih bagi Bunda yang sedang dalam masa adaptasi menjadi Bunda atau baru mengalami perubahan besar dalam kehidupannya. Alih-alih menjadi penguat, kata-kata tersebut justru menjadi sumber rasa bersalah dan kelelahan emosional. Simak penjelasan selengkapnya bersama Bunda dan si Kecil!

Fisik Anak Bukan untuk Dibahas Sembarangan
Dalam budaya yang terbiasa mengomentari secara spontan, sering kali kita lupa bahwa tidak semua hal perlu disampaikan. Komentar seperti “kok belum bisa jalan?”, “kenapa masih kurus?”, atau “baru bisa bicara segitu?” bisa membuat Bunda merasa dinilai, diawasi, bahkan dihakimi.

Kondisi ini dapat memberikan dampak psikologis yang besar, terutama bagi Bunda yang sudah berupaya keras dalam membesarkan anak. Menyusun menu harian bergizi, berkonsultasi ke dokter, serta menjaga rutinitas tidur dan stimulasi anak bukanlah hal mudah. Maka ketika komentar negatif muncul, rasa gagal, malu, dan cemas mudah sekali muncul dalam benak Bunda.

Dampak Psikologis pada Bunda
Komentar terhadap fisik anak tidak hanya menjadi masalah komunikasi, namun bisa berdampak serius pada kesehatan mental Bunda. Beberapa dampaknya antara lain:

  1. Stres dan Rasa Bersalah
    Banyak Bunda merasa seolah menjadi Bunda yang buruk setelah menerima komentar tentang anak mereka. Ini dapat menimbulkan rasa bersalah yang berkepanjangan dan memicu stres berlebihan. Apalagi jika komentar datang dari orang terdekat seperti keluarga atau tetangga, perasaan tidak berdaya bisa semakin mendalam.

komentar fisik anak, dampak negatif komentar, mental ibu muda, tekanan pada orang tua, parenting bukan perlombaan, empati pada ibu, dukungan ibu menyusui, anak kecil kurus, tumbuh kembang anak, stress ibu karena komentar

Foto: Internet

  1. Tekanan dalam Mengasuh
    Komentar negatif dapat memicu perubahan perilaku Bunda dalam mengasuh anak, misalnya menjadi lebih memaksa saat memberi makan atau mempercepat tahap perkembangan anak agar tidak dianggap tertinggal. Hal ini justru dapat menimbulkan ketegangan antara Bunda dan anak.

  2. Ketegangan dalam Hubungan Keluarga
    Perasaan terus-menerus dinilai dapat menciptakan suasana rumah yang penuh tekanan. Bunda bisa merasa kesepian dan kehilangan rasa percaya diri dalam mengambil keputusan parenting. Kondisi ini tentu dapat berdampak pada keharmonisan hubungan keluarga.

Dampak Jangka Panjang pada Anak
Tak hanya Bunda yang terdampak, anak pun bisa merasakan tekanan dari situasi ini:
• Pola makan terganggu. Anak bisa mengembangkan asosiasi negatif terhadap waktu makan karena merasa situasinya tidak menyenangkan.
• Menurunnya rasa percaya diri. Jika mendengar komentar negatif tentang dirinya, anak bisa menjadi lebih sensitif dan mudah merasa rendah diri.
• Makan sebagai beban. Proses makan seharusnya menyenangkan, tetapi bisa berubah menjadi kewajiban yang penuh tekanan akibat ekspektasi berlebihan.

Situasi semacam ini menciptakan siklus yang tidak sehat dalam relasi antara anak dan Bunda.

komentar fisik anak, dampak negatif komentar, mental ibu muda, tekanan pada orang tua, parenting bukan perlombaan, empati pada ibu, dukungan ibu menyusui, anak kecil kurus, tumbuh kembang anak, stress ibu karena komentar

Foto: Internet

Perubahan Dimulai dari Kata-Kata
Kata-kata memiliki kekuatan besar, baik untuk menyakiti maupun menyemangati. Sering kali, komentar yang dimaksudkan sebagai perhatian justru meninggalkan bekas luka emosional. Maka penting bagi kita semua untuk lebih bijak dalam berbicara, khususnya kepada Bunda yang sedang menjalani proses membesarkan anak.

Kalimat yang tampak ringan bisa berdampak besar. Sebaliknya, jika kita memilih untuk menyampaikan kalimat positif dan mendukung, maka itu bisa menjadi sumber kekuatan yang sangat dibutuhkan.

Cara Bijak dalam Menyikapi Perkembangan Anak Orang Lain
Daripada melontarkan komentar fisik atau perkembangan anak, ada beberapa pendekatan yang lebih baik dan penuh empati:

  1. Alihkan Fokus
    Daripada menyoroti penampilan atau perkembangan anak, lebih baik tanyakan hal-hal netral yang tetap menunjukkan perhatian. Misalnya, “Sekarang lagi suka main apa?” atau “Senang ya bisa main di luar hari ini.” Ini menciptakan percakapan yang menyenangkan tanpa menyinggung perasaan.

  2. Dengarkan tanpa Menilai
    Sering kali Bunda hanya ingin didengar, bukan diberi penilaian. Memberi ruang bagi Bunda untuk bercerita tanpa menghakimi sudah menjadi bentuk dukungan yang sangat berarti.

  3. Gunakan Kalimat Positif
    Mengucapkan, “Wah, anaknya ceria sekali,” atau “Hebat ya sudah bisa melakukan itu,” jauh lebih membantu daripada membandingkan atau menilai. Kalimat seperti ini bisa memberikan dorongan semangat yang besar bagi Bunda.

Ingat: Parenting Bukan Ajang Lomba
Setiap anak berkembang dengan ritme yang berbeda. Ada yang cepat berjalan, ada yang lebih dulu bicara. Begitu pula setiap Bunda memiliki kondisi dan tantangan masing-masing. Membandingkan hanya akan menambah tekanan yang tidak perlu.

Masyarakat yang sehat adalah masyarakat yang saling menguatkan. Memberikan ruang bagi tiap Bunda untuk menjalani proses pengasuhan tanpa merasa dihakimi adalah bentuk kepedulian yang nyata.

komentar fisik anak, dampak negatif komentar, mental ibu muda, tekanan pada orang tua, parenting bukan perlombaan, empati pada ibu, dukungan ibu menyusui, anak kecil kurus, tumbuh kembang anak, stress ibu karena komentar

Foto: Internet

Menjadi Pendukung, Bukan Pengkritik
Kita semua memiliki peran dalam menciptakan lingkungan yang lebih suportif. Sedikit perubahan dalam cara berbicara bisa berdampak besar. Kadang, pilihan untuk tidak mengatakan apa pun adalah bentuk empati paling dalam. Mendukung Bunda yang sedang berjuang membesarkan anak tidak harus dengan nasihat atau kritik cukup dengan memahami, mendengarkan, dan menghormati proses yang dijalani.

Artikel yang berkaitan