Ketika Cinta Suami Seolah Menghilang Setelah Anak Hadir: Curhat Seorang Bunda yang Menggugah Hati
Ketika Cinta Suami Seolah Menghilang Setelah Anak Hadir: Curhat Seorang Bunda yang Menggugah Hati

Menjalani peran sebagai seorang istri sekaligus Bunda adalah perjalanan yang kompleks. Ada kebahagiaan mendalam saat menyambut buah hati, namun juga ada perubahan besar yang sering kali tidak disadari termasuk dalam hubungan suami istri. Banyak Bunda yang merasa bahwa setelah anak lahir, perhatian dan kasih sayang suami perlahan bergeser. Salah satu kisah yang menggambarkan hal ini datang dari seorang Bunda yang merasa bahwa cinta suaminya kini hanya berputar di sekitar anak mereka. Simak penjelasan selengkapnya bersama Bunda dan si Kecil!

“Setelah Menikah dan Punya Anak, Aku Merasa Tak Lagi Dicintai”
Dalam curhatnya, sang Bunda menyampaikan perasaan yang mungkin juga dirasakan oleh banyak perempuan lainnya: rasa kehilangan. Ia merasa bahwa setelah menjadi Bunda, cinta suaminya berubah arah tak lagi untuk dirinya, tapi semata-mata untuk anak mereka.
Bukan berarti ia tidak bahagia melihat suaminya mencintai anaknya. Namun di sisi lain, ia merasa terlupakan. Terutama karena mereka menjalani hubungan jarak jauh, pertemuan yang seharusnya menjadi momen saling melepas rindu justru terasa hampa karena fokus suami sepenuhnya tertuju pada sang anak.

suami berubah setelah punya anak, cinta suami berkurang, istri merasa diabaikan, pernikahan pasca punya anak, curhat ibu muda, komunikasi pasangan, menjaga cinta setelah menikah

Foto: Internet

Rasa Cemburu yang Tak Bisa Dihindari
Salah satu pengakuan terdalam dari sang Bunda adalah munculnya rasa cemburu terhadap anaknya sendiri. Perasaan ini tentu bukan sesuatu yang diharapkan, namun sangat manusiawi. Ketika perhatian suami seluruhnya tercurah pada anak dan tidak ada waktu yang tersisa untuk istri, maka rasa sepi, sedih, dan kecewa bisa berkembang menjadi kecemburuan.
Ia merasa bahwa porsi cinta yang diberikan hanya 20% untuk dirinya, dan 80% sisanya untuk anak. Hal ini sering memicu pertengkaran kecil, terutama ketika sang istri mencoba menyuarakan kebutuhannya akan perhatian dan kasih sayang.

Saat Dirasa Tidak Dianggap dalam Hubungan
Rasa diabaikan makin kuat ketika komunikasi suami terasa berat sebelah. Dalam percakapan melalui panggilan video, misalnya, sang suami berbicara panjang dengan anak, namun hanya menanyakan kabar istrinya sepintas lalu—atau bahkan tidak sama sekali.
Saat akhirnya bertemu langsung, interaksi tetap fokus pada anak. Dari memberi makan hingga mengajak bermain, semuanya dilakukan suami dengan penuh semangat. Tapi tak ada pelukan hangat untuk sang istri, tak ada pertanyaan sederhana seperti "Apa kabar hari ini?" atau "Kamu lelah nggak?"
Bagi sang Bunda, ini terasa seperti dirinya tidak lagi penting. Seolah perannya sebagai pasangan hidup telah hilang, tergantikan oleh identitas sebagai Bunda dari anak mereka semata.

Malam Hari yang Menggores Luka Lebih Dalam
Kekecewaan memuncak ketika malam tiba. Setelah seharian merasa tidak dilihat dan tidak dihargai, tiba-tiba suami datang bersikap manis ketika memiliki kebutuhan fisik. Ini membuat sang istri merasa bahwa keintiman bukan lagi ungkapan cinta, melainkan sekadar pemenuhan kebutuhan satu pihak.
Ketidakseimbangan ini menyisakan luka emosional. Ketika kebutuhan batin diabaikan namun kebutuhan fisik tetap dituntut, istri merasa hanya dianggap sebagai pemenuh kewajiban, bukan sebagai pasangan yang setara.

suami berubah setelah punya anak, cinta suami berkurang, istri merasa diabaikan, pernikahan pasca punya anak, curhat ibu muda, komunikasi pasangan, menjaga cinta setelah menikah

Foto: Internet

Mengapa Hal Ini Bisa Terjadi?
Perubahan dinamika setelah memiliki anak adalah hal yang umum. Fokus kehidupan berubah, tanggung jawab bertambah, dan waktu terasa semakin sempit. Namun, bukan berarti peran sebagai pasangan harus dikesampingkan.
Banyak suami yang mungkin tidak menyadari bahwa perhatian yang sepenuhnya mereka berikan pada anak bisa membuat Bunda merasa terpinggirkan. Mereka merasa telah menjadi ayah yang baik, namun lupa bahwa menjadi suami yang penuh cinta juga tak kalah penting.

Pentingnya Menjaga “Tangki Cinta” Pasangan
Dalam konsep psikologi hubungan, dikenal istilah “tangki cinta” yakni gambaran tentang seberapa terpenuhi kebutuhan emosional seseorang dalam sebuah hubungan. Ketika tangki ini kosong, maka hubungan menjadi rapuh. Rasa sepi, tidak dihargai, dan kesal bisa muncul, meskipun tidak selalu diungkapkan secara verbal.
Mengisi tangki cinta pasangan tidak selalu tentang hal besar. Cukup dengan ucapan terima kasih, pelukan hangat, atau sekadar obrolan ringan tentang hari yang telah dilalui. Tindakan-tindakan kecil yang menunjukkan bahwa pasangan kita masih penting dan layak dicintai.

suami berubah setelah punya anak, cinta suami berkurang, istri merasa diabaikan, pernikahan pasca punya anak, curhat ibu muda, komunikasi pasangan, menjaga cinta setelah menikah

Foto: Internet

Apa yang Bisa Dilakukan oleh Suami Istri?

  1. Bangun Komunikasi yang Jujur dan Terbuka
    Bicarakan perasaan dengan cara yang tenang dan tidak menyalahkan. Ungkapkan kebutuhan emosional masing-masing agar pasangan lebih memahami.

  2. Luangkan Waktu untuk Berdua
    Meski hanya 10–15 menit setiap hari, momen khusus tanpa anak bisa sangat berarti untuk mengembalikan kedekatan emosional.

  3. Kenali Bahasa Cinta Pasangan
    Setiap orang memiliki cara berbeda dalam mengekspresikan dan menerima cinta: sentuhan, kata-kata, waktu berkualitas, bantuan, atau hadiah. Ketahui dan lakukan yang paling bermakna bagi pasangan.

  4. Pertimbangkan Konseling Pasangan
    Jika kesenjangan semakin terasa dan sulit diselesaikan sendiri, berbicara dengan konselor pernikahan bisa memberikan perspektif baru dan solusi jangka panjang.

Penutup: Keluarga Harmonis Dimulai dari Pasangan yang Kuat
Pernikahan bukan hanya tentang menjadi Bunda dan ayah, tetapi juga tentang mempertahankan peran sebagai pasangan yang saling mencintai. Anak membutuhkan contoh cinta yang sehat dari kedua orang tuanya, dan itu hanya bisa diberikan jika hubungan suami istri tetap terjaga.
Perasaan sedih, kesepian, dan cemburu yang dialami seorang Bunda bukan sesuatu yang salah. Itu adalah bentuk ungkapan kebutuhan yang belum terpenuhi. Suami pun perlu memahami bahwa menjadi ayah bukan berarti berhenti menjadi suami.
Mari rawat cinta dalam pernikahan, karena dari cinta itulah anak tumbuh dengan rasa aman, dihargai, dan dicintai.

Artikel yang berkaitan