Membantu Anak Tidak Menjadi "Yes Man": Ajarkan untuk Berani Bicara dan Mengungkapkan Pendapat
Membantu Anak Tidak Menjadi "Yes Man": Ajarkan untuk Berani Bicara dan Mengungkapkan Pendapat

Bunda, pernahkah kalian mendengar istilah "Yes Man"? Istilah ini merujuk pada seseorang yang cenderung selalu mengatakan “ya” atau menyetujui permintaan orang lain, meski sebenarnya ia tidak nyaman atau tidak setuju. Pola ini sering muncul karena rasa tidak enakan, ingin menyenangkan semua orang, atau takut menghadapi konflik.

Namun, penting untuk diingat bahwa anak yang baik tidak harus selalu menjadi “Yes Man.” Mengajarkan anak untuk berani mengatakan apa yang ia pikirkan, bahkan saat itu berbeda dari pendapat orang lain, adalah bagian penting dari perkembangan kepribadiannya. Simak penjelasan daei Bunda dan si Kecil

Berikut adalah cara mendidik anak agar ia tumbuh menjadi individu yang percaya diri, asertif, namun tetap penuh empati.

 

Kenapa Anak Bisa Menjadi "Yes Man"?

Ada beberapa alasan mengapa anak mungkin tumbuh dengan kebiasaan menjadi "Yes Man":

1. Pola Asuh yang Terlalu Otoriter
Ketika anak selalu diminta untuk patuh tanpa diberi ruang untuk menyuarakan pendapat, ia cenderung merasa bahwa penolakan itu salah.

Anak Yes Man, ajarkan anak percaya diri, tips parenting asertif, Bunda, si Kecil

Foto : Internet

2. Ingin Diakui atau Disukai
Anak sering kali berpikir bahwa setuju dengan orang lain akan membuatnya diterima dalam kelompok atau disukai.

3. Takut Menghadapi Konflik
Anak mungkin menghindari penolakan karena takut akan reaksi negatif, seperti dimarahi atau ditinggalkan oleh teman.

 

Dampak Negatif Menjadi "Yes Man"

Jika dibiarkan terus menerus, menjadi "Yes Man" bisa berdampak buruk pada anak, seperti:

  • Kurangnya Rasa Percaya Diri: Anak sulit mengekspresikan keinginannya sendiri.
  • Rentan Dimanfaatkan: Anak mungkin menjadi sasaran orang yang ingin mengambil keuntungan darinya.
  • Kesulitan Mengambil Keputusan: Anak terbiasa mengandalkan pendapat orang lain, sehingga kesulitan menentukan apa yang benar-benar ia inginkan.
  • Kesehatan Mental Terganggu: Menahan perasaan atau pendapat yang berbeda bisa membuat anak merasa tertekan.

 

Cara Mengajarkan Anak untuk Tidak Menjadi "Yes Man"

1. Ajarkan Anak Mengenali Emosinya

Bantu anak memahami apa yang ia rasakan ketika diminta melBundakan sesuatu. Misalnya, tanyakan:

  • "Adek merasa senang atau nggak nyaman waktu diminta berbagi makanan tadi?"
  • "Apa yang Adek pikirkan tentang ajakan itu?"

Dengan mengenali emosinya, anak akan lebih mudah menentukan apakah ia benar-benar ingin mengatakan “ya” atau sebaliknya.

2. Beri Anak Ruang untuk Berpendapat

Saat mengambil keputusan keluarga, libatkan anak dalam diskusi. Misalnya, tanyakan pendapatnya tentang tempat liburan atau menu makan malam. Hal ini mengajarkan anak bahwa pendapatnya penting.

Contoh:

  • "Menurut Adek, kita enaknya pergi ke mana liburan nanti?"
  • "Kalau Adek yang pilih, mau makan apa hari ini?"

Anak Yes Man, ajarkan anak percaya diri, tips parenting asertif, Bunda, si Kecil

Foto : Internet

3. Ajarkan Anak untuk Mengatakan “Tidak” dengan Sopan

Menolak permintaan orang lain bukanlah hal yang buruk, asalkan dilakukan dengan cara yang sopan. Latih anak untuk mengatakan:

  • "Maaf, Bunda nggak bisa, karena Bunda nggak nyaman."
  • "Bunda lagi nggak mau, tapi lain kali mungkin bisa."

Berikan contoh konkret, seperti:

  • “Kalau teman Adek memaksa meminjam mainan yang Adek lagi pakai, Adek bisa bilang, ‘Nanti ya, setelah Bunda selesai main.’”

4. Validasi Perasaan Anak

Ketika anak merasa tidak nyaman atau menolak sesuatu, hindari memarahinya. Sebaliknya, validasi perasaannya dengan berkata:

  • "Ayah/Bunda ngerti kok kalau kamu nggak mau, itu hal yang wajar."
  • "Kamu sudah melakukan yang terbaik, terima kasih ya."

5. Hindari Memaksa Anak untuk Selalu Patuh

Frasa seperti "Ayo minta maaf sekarang ke dia!" atau "Kamu harus berbagi, biar dibilang baik!" sebaiknya dihindari. Kalimat seperti ini justru membuat anak merasa tertekan untuk selalu menyenangkan orang lain.

Sebaliknya, gunakan pendekatan yang lebih empati, seperti:

  • "Gimana perasaan Adek setelah berbagi makanan ke teman?"
  • "Kalau Adek nggak nyaman, coba kasih tahu teman itu dengan cara yang baik, ya."

6. Beri Contoh Melalui Perilaku Orang Tua

Anak cenderung meniru apa yang dilihatnya. Jika Bunda menunjukkan sikap asertif dalam kehidupan sehari-hari, anak akan belajar bahwa mengatakan "tidak" dengan sopan itu adalah hal yang wajar.

Contoh:

  • “Maaf ya, Bunda nggak bisa ikut acara ini karena ada kegiatan lain.”
  • “Bunda nggak setuju, tapi terima kasih sudah mengajak Bunda diskusi.”

 

Contoh Situasi dan Respons yang Tepat

Situasi 1: Anak diminta temannya untuk memberikan mainan kesukaannya.
Respons Tepat:

  • "Boleh, tapi nanti ya, aku masih main dengan ini."

Situasi 2: Anak merasa tidak nyaman dengan permainan teman-temannya.
Respons Tepat:

  • "aku nggak suka permainan ini. Kita main yang lain aja yuk."

Situasi 3: Anak diminta untuk selalu membantu temannya, meski ia sedang sibuk.
Respons Tepat:

  • "aku mau bantu, tapi setelah aku selesai tugas dulu ya."

 

Kesimpulan

Membantu anak untuk tidak menjadi "Yes Man" adalah langkah penting dalam membangun rasa percaya diri dan kemampuan asertifnya. Dengan memberikan ruang untuk menyuarakan pendapat, mengajarkan cara menolak dengan sopan, dan menjadi contoh yang baik, Bunda dapat membantu anak tumbuh menjadi individu yang mandiri, penuh empati, dan berani berkata jujur tentang apa yang ia rasakan.

Ingat, anak yang baik bukan berarti selalu setuju dengan semua orang. Anak yang baik adalah anak yang tahu bagaimana menghargai dirinya sendiri dan orang lain.

Artikel yang berkaitan