Kode Otentikasi telah dikirim ke nomor telepon melalui WhatsApp
Menyusui bukan sekadar kegiatan memberi makan, tetapi juga merupakan proses penuh kedekatan dan kasih sayang antara Bunda dan bayi. Namun, tidak semua sesi menyusu terjadi karena bayi merasa lapar. Banyak Bunda muda yang bertanya-tanya, “Mengapa bayi saya menyusu terus, padahal baru saja selesai?” Jawabannya bisa jadi karena bayi tidak hanya menyusu untuk kenyang, tetapi juga untuk kenyamanan, pengaturan emosi, hingga stimulasi tumbuh kembang.
Mengetahui perbedaan pola menyusu bayi sangat penting agar Bunda tidak cepat panik atau merasa produksi ASI kurang. Setiap pola punya makna dan fungsinya sendiri, tergantung pada kebutuhan fisik maupun emosional bayi. Simak penjelasan selengkapnya bersama Bunda dan si Kecil!
Setiap bayi punya kebiasaan menyusu yang berbeda tergantung pada usianya, mood, serta tahapan tumbuh kembang yang sedang dialami. Ada yang menyusu sebentar-sebentar namun sering, ada yang lama dan konsisten, bahkan ada yang tampaknya tak pernah puas dan menyusu terus-menerus dalam jangka waktu tertentu.
Secara umum, pola menyusu bayi dapat dibagi menjadi tiga kategori utama:
Ngemil ASI
Menyusu karena lapar
Cluster feeding (maraton menyusu)
Foto: Internet
Bayi yang “ngemil” biasanya menyusu hanya dalam durasi singkat, sekitar 1–5 menit. Pola ini sering terjadi ketika bayi sedang butuh kenyamanan emosional, merasa bosan, atau hanya ingin dekat dengan Bundanya. Ini juga umum ditemukan saat bayi tumbuh makin besar dan mudah terdistraksi oleh lingkungan sekitar.
Ciri-ciri pola menyusu ngemil:
Durasi menyusu singkat
Bayi mudah terdistraksi saat menyusu
Tidak menunjukkan tanda lapar berat (seperti rewel berlebihan)
Bisa terjadi di sela waktu tidur, bermain, atau setelah bangun tidur
Ngemil seperti ini sebenarnya adalah bentuk komunikasi dan penguatan ikatan antara bayi dan Bunda. Ini juga menandakan bayi sedang belajar mengenali tubuhnya dan merespons perubahan kecil dalam dirinya.
Menyusu karena lapar biasanya memiliki ritme yang lebih kuat dan durasi yang lebih lama, bisa mencapai 15–40 menit tergantung usia bayi dan efektivitas pelekatan. Bayi akan menyusu dengan konsisten, tampak fokus, dan terlihat puas setelah selesai.
Ciri-ciri bayi menyusu karena lapar:
Durasi menyusu lama (di atas 15 menit)
Ritme isapan stabil dan mantap
Tidak mudah terdistraksi
Menunjukkan tanda lapar seperti mengisap tangan, gelisah, atau mencari puting
Bunda sebaiknya memastikan posisi menyusui sudah tepat agar proses ini berjalan lancar dan tidak menimbulkan nyeri. Selain itu, upayakan agar bayi menyusu di kedua sisi payudara secara bergantian untuk menstimulasi produksi ASI dan mengosongkan payudara secara merata.
Cluster feeding adalah kondisi ketika bayi menyusu dengan frekuensi sangat sering dalam waktu tertentu, sering kali menjelang sore atau malam. Ini biasa terjadi selama periode growth spurt—fase di mana bayi tumbuh dengan cepat, baik secara fisik maupun neurologis.
Ciri-ciri cluster feeding:
Bayi menyusu terus-menerus dalam periode tertentu, terkadang tanpa jeda lama
Tampak tidak puas meskipun baru menyusu
Sering terjadi di malam hari atau saat bayi sedang tidak nyaman
Foto: Internet
Cluster feeding membantu tubuh Bunda meningkatkan produksi ASI sesuai kebutuhan bayi yang meningkat. Meski melelahkan, pola ini adalah fase normal yang akan berlalu seiring pertumbuhan bayi. Kuncinya adalah menyesuaikan jadwal istirahat, menjaga asupan nutrisi, dan meminta dukungan dari lingkungan sekitar.
Mengetahui perbedaan pola menyusu bayi tidak hanya membantu Bunda lebih tenang, tapi juga penting untuk mengatur ekspektasi dan membuat proses menyusui lebih menyenangkan. Dengan mengenali apakah bayi menyusu untuk kenyamanan atau karena benar-benar lapar, Bunda bisa:
Mengurangi kekhawatiran akan produksi ASI yang dianggap kurang
Menyesuaikan rutinitas harian sesuai kebutuhan bayi
Memperkuat bonding dengan bayi
Menghindari overfeeding atau kelelahan yang tidak perlu
Proses menyusui sering kali penuh tantangan, terutama bagi Bunda baru. Terkadang bayi tampak menyusu terus, padahal Bunda merasa sudah cukup memberi. Di sisi lain, ada pula momen saat bayi menolak menyusu atau hanya sebentar-sebentar. Semua ini wajar.
Dalam situasi seperti ini, penting bagi Bunda untuk tetap tenang dan tidak langsung menyimpulkan bahwa produksi ASI bermasalah. Banyak faktor yang memengaruhi pola menyusu bayi termasuk suasana hati, pertumbuhan, bahkan perubahan suhu atau lingkungan.
Maka, selain pengetahuan, dukungan dari pasangan, keluarga, atau komunitas sesama Bunda menyusui sangat membantu untuk menjaga semangat dan kesehatan mental Bunda selama proses menyusui.
Foto: Internet
Setiap bayi memiliki karakter dan kebiasaan menyusu yang unik. Tidak ada satu pola menyusu yang lebih “benar” dari yang lain. Yang terpenting adalah Bunda mengenali sinyal tubuh bayi, menyesuaikan respons dengan kebutuhan si kecil, dan memberi ruang bagi proses menyusui untuk berjalan alami.
Entah itu menyusu sebentar-sebentar, menyusu lama karena lapar, atau terus-menerus karena growth spurt, semua adalah bagian dari proses belajar bayi dan Bunda. Nikmati setiap fase dengan kesadaran penuh bahwa setiap tetes ASI adalah bentuk cinta dan pengorbanan yang besar.