Kode Otentikasi telah dikirim ke nomor telepon melalui WhatsApp
Menjadi Bunda tentu bukan perkara mudah, apalagi saat harus mengamati dan mendampingi tumbuh kembang si kecil setiap hari. Salah satu tantangan yang sering kali luput dari perhatian adalah gangguan makan pada anak. Banyak Bunda mungkin mengira anak yang sulit makan hanyalah sedang rewel atau bosan dengan makanan. Namun ternyata, bisa jadi itu merupakan gejala dari gangguan makan yang lebih serius.
Dalam artikel ini, kita akan mengenal tiga jenis gangguan makan pada anak yang wajib Bunda ketahui: Avoidant/Restrictive Food Intake Disorder (ARFID), Pica, dan Rumination Disorder. Memahami ketiganya dapat membantu Bunda lebih cepat mendeteksi tanda-tanda gangguan dan memberikan penanganan yang tepat untuk si kecil. Simak penjelasan selengkapnya bersama Bunda dan si Kecil!
1. Apa Itu ARFID (Avoidant/Restrictive Food Intake Disorder)?
ARFID adalah gangguan makan yang ditandai dengan penghindaran makanan yang sangat ekstrem. Ini bukan hanya sekadar picky eater biasa. Anak dengan ARFID akan benar-benar menghindari jenis makanan tertentu atau membatasi jumlah makannya hingga berdampak serius pada kesehatan.
Ciri-ciri anak dengan ARFID antara lain:
• Tidak menunjukkan ketertarikan pada makanan secara umum.
• Cenderung menghindari makanan tertentu karena tekstur, warna, atau bau.
• Mengalami penurunan berat badan drastis atau gagal tumbuh.
• Menolak makan meskipun dalam kondisi lapar.
• Memiliki ketakutan berlebihan terhadap tersedak atau muntah setelah makan.
ARFID bisa muncul sejak anak mulai belajar makan, terutama jika pernah mengalami pengalaman makan yang negatif, seperti tersedak atau muntah. Jika tidak ditangani, kondisi ini bisa menyebabkan kekurangan gizi, gangguan pertumbuhan, hingga masalah psikologis di kemudian hari.
Foto: Internet
2. Pica: Saat Anak Makan Benda yang Bukan Makanan
Pica adalah gangguan makan yang ditandai dengan kebiasaan mengonsumsi benda yang tidak memiliki nilai gizi dan bukan tergolong sebagai makanan. Beberapa benda yang umum dikonsumsi oleh anak dengan Pica adalah tanah, kapur, rambut, sabun, kain, kertas, bahkan abu rokok.
Gejala khas Pica antara lain:
• Konsumsi benda asing yang terjadi selama lebih dari satu bulan.
• Tidak disertai keinginan untuk bereksplorasi (berbeda dengan bayi yang masih suka memasukkan benda ke mulut).
• Berat badan cenderung di bawah normal.
• Risiko tinggi mengalami keracunan, infeksi cacing, gangguan usus, bahkan gangguan perkembangan kognitif.
Penyebab Pica bisa berasal dari defisiensi nutrisi seperti kekurangan zat besi atau zinc, gangguan psikologis, hingga kurangnya stimulasi di lingkungan rumah. Oleh karena itu, penting bagi Bunda untuk tidak meremehkan jika anak sering memakan benda yang tidak seharusnya.
Foto: Internet
3. Rumination Disorder: Makanan Dimuntahkan dan Dikunyah Ulang
Rumination Disorder adalah gangguan makan yang cukup sulit dikenali. Anak dengan gangguan ini akan memuntahkan kembali makanan yang sudah ditelan tanpa mual atau merasa tidak nyaman, lalu mengunyahnya lagi atau langsung membuangnya keluar dari mulut.
Gejala Rumination Disorder meliputi:
• Makanan keluar kembali ke mulut dalam waktu 30 menit setelah makan.
• Tidak ada rasa mual, nyeri, atau tekanan pada perut seperti muntah biasa.
• Anak terlihat tidak terganggu dengan perilaku tersebut.
• Bau mulut tidak sedap karena proses makanan yang keluar masuk berulang.
• Penurunan berat badan atau kesulitan tumbuh akibat makanan tidak benar-benar terserap.
Kondisi ini bisa terjadi pada bayi, balita, hingga anak lebih besar. Umumnya berkaitan dengan stres, tekanan emosional, atau pola asuh yang kurang responsif terhadap kebutuhan makan anak. Penanganan dini bisa membantu anak mengembangkan perilaku makan yang sehat.
Foto: Internet
Mengapa Penting Bagi Bunda untuk Mengetahui Ini?
Gangguan makan bukan hanya soal susah makan atau rewel saat makan. Ketika tidak ditangani dengan tepat, anak bisa mengalami gagal tumbuh, masalah pencernaan jangka panjang, hingga gangguan psikologis. Sebagai Bunda yang menjadi pengamat paling dekat dengan perilaku anak sehari-hari, pengetahuan tentang gangguan ini menjadi modal penting untuk pencegahan maupun penanganan dini.
Langkah Bijak yang Bisa Bunda Lakukan:
Perhatikan pola makan anak secara konsisten. Catat apa yang dimakan, seberapa banyak, dan kapan anak mulai menunjukkan perubahan perilaku makan.
Amati tanda-tanda gangguan fisik atau emosional. Jika anak tampak lelah terus-menerus, berat badannya tidak naik, atau terlalu selektif pada makanan tertentu, jangan abaikan.
Konsultasikan dengan dokter anak atau psikolog anak. Diagnosis yang akurat sangat penting agar penanganan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan anak.
Ciptakan suasana makan yang nyaman dan menyenangkan. Hindari memaksa, mengancam, atau memberikan hadiah sebagai bentuk manipulasi saat makan.
Bangun komunikasi yang terbuka. Ajak anak bicara tentang makanan dengan cara positif, tanyakan apa yang mereka sukai atau tidak sukai.
Libatkan anak dalam proses menyiapkan makanan. Ini bisa membantu membangun rasa percaya diri dan ketertarikan terhadap makanan.
Foto: Internet
Kesimpulan
ARFID, Pica, dan Rumination Disorder adalah tiga gangguan makan yang patut diwaspadai. Meskipun terlihat mirip dengan perilaku anak yang wajar pada awalnya, gangguan ini dapat menimbulkan konsekuensi serius terhadap kesehatan anak jika dibiarkan. Deteksi dini, pendekatan yang empatik, serta konsultasi dengan ahli merupakan langkah terbaik untuk mendukung si kecil tumbuh optimal.
Sebagai Bunda, tak ada salahnya untuk lebih peka terhadap perubahan kecil yang tampak pada anak karena sering kali dari hal-hal kecil itulah kita bisa menyelamatkan masa depan mereka.