Kode Otentikasi telah dikirim ke nomor telepon melalui WhatsApp
Kapur barus, atau yang sering disebut juga sebagai kamper, sudah lama menjadi bagian dari perlengkapan rumah tangga di banyak keluarga. Biasanya digunakan sebagai pengusir serangga, pengharum ruangan, dan penghilang bau apek pada lemari pakaian. Namun, meskipun terlihat aman karena penggunaannya yang umum, kenyataannya kapur barus mengandung bahan kimia yang berpotensi membahayakan kesehatan bila digunakan secara tidak tepat, terutama bagi anak-anak.
Bunda yang mengelola kebutuhan rumah tangga sebaiknya memahami lebih dalam mengenai bahaya yang bisa ditimbulkan dari kapur barus dan bagaimana menggunakannya secara aman di rumah. Artikel ini akan mengupas enam risiko kesehatan yang perlu diwaspadai serta memberikan panduan praktis untuk penggunaan yang lebih bijak. Simak penjelasan selengkapnya bersama Bunda dan si Kecil!
Salah satu risiko paling umum dari penggunaan kapur barus adalah iritasi pada saluran pernapasan. Ketika diletakkan di ruangan tertutup tanpa ventilasi yang baik, kapur barus menguap dan menghasilkan uap kimia yang dapat dihirup secara terus-menerus. Uap ini bisa menyebabkan gejala seperti sakit kepala, mual, tenggorokan terasa kering, hingga sesak napas.
Anak-anak, lansia, dan orang dengan riwayat asma adalah kelompok yang paling rentan. Untuk itu, sangat disarankan agar kapur barus tidak diletakkan di dalam kamar tidur anak atau area bermain mereka.
Kontak langsung antara kapur barus dan kulit dapat memicu reaksi alergi, terutama pada kulit sensitif. Gejalanya bisa berupa ruam, rasa gatal, kemerahan, hingga iritasi yang mengganggu. Bunda dan anak-anak, terutama bayi yang kulitnya masih sangat halus, sangat mudah terpapar efek ini.
Oleh sebab itu, hindari meletakkan kapur barus di lemari yang menyimpan pakaian dalam, handuk, atau pakaian bayi. Gunakan pembungkus atau tempat tertutup agar kapur barus tidak bersentuhan langsung dengan kain yang akan menempel ke kulit.
Foto: Internet
Salah satu bahaya paling serius dari kapur barus adalah keracunan, terutama jika tertelan secara tidak sengaja oleh anak-anak. Kapur barus mengandung zat kimia seperti naftalena atau p-dichlorobenzene, yang bersifat toksik bagi sistem saraf pusat.
Jika tertelan, gejalanya bisa sangat serius: muntah, mual hebat, kebingungan, bahkan kehilangan kesadaran. Anak-anak yang belum bisa membedakan antara benda berbahaya dan tidak, bisa tertarik dengan bentuk kapur barus yang menyerupai permen atau benda mainan. Oleh karena itu, jauhkan sepenuhnya dari jangkauan anak-anak dan simpan di tempat tertutup yang aman.
Paparan jangka panjang terhadap uap kapur barus juga bisa menyebabkan gangguan pada sistem saraf, yang berujung pada kelelahan ekstrem. Gejalanya mungkin tidak langsung terasa, tapi Bunda bisa merasa lemas, lesu, atau tidak bertenaga tanpa penyebab yang jelas.
Hal ini terjadi karena zat kimia dalam kapur barus dapat mengganggu fungsi otak dan saraf pusat jika terus-menerus dihirup. Bila Bunda atau anggota keluarga lain merasakan gejala ini, sebaiknya segera periksa kondisi rumah dan hentikan penggunaan kapur barus dalam jumlah besar.
Penggunaan kapur barus dalam jumlah berlebih atau dalam ruang tertutup dapat menyebabkan efek yang lebih serius, seperti ataksia—yaitu gangguan koordinasi otot dan keseimbangan tubuh. Kondisi ini bisa mempengaruhi kemampuan berjalan, menggerakkan tangan, hingga menjaga postur tubuh dengan baik.
Efek ini menjadi indikasi bahwa tubuh sudah mengalami paparan kimia berlebihan yang memengaruhi sistem motorik. Jika tidak segera ditangani, efeknya bisa berkembang menjadi gangguan yang lebih serius.
Anak-anak memiliki sistem saraf yang belum berkembang secara sempurna. Itu sebabnya mereka sangat sensitif terhadap bahan kimia seperti kapur barus. Dalam beberapa kasus, paparan uap kapur barus dalam jumlah kecil sekalipun dapat memicu kejang atau gangguan neurologis lainnya pada anak.
Untuk menghindari risiko ini, Bunda sebaiknya tidak menggunakan kapur barus di dalam kamar anak atau tempat-tempat yang sering dijangkau oleh si kecil.
Meskipun memiliki potensi bahaya, bukan berarti kapur barus sepenuhnya tidak boleh digunakan. Dengan penerapan cara yang bijak, Bunda masih bisa memanfaatkannya tanpa membahayakan kesehatan keluarga. Berikut ini beberapa tips aman:
Simpan di Tempat Tertutup dan Tidak Terjangkau Anak
Letakkan kapur barus di wadah tertutup dan jauh dari jangkauan anak-anak. Hindari penyimpanan terbuka yang dapat menarik perhatian anak.
Foto: Internet
Gunakan di Ruangan yang Memiliki Sirkulasi Udara Baik
Pastikan ruangan memiliki ventilasi yang cukup agar uap kapur barus tidak terakumulasi dan terhirup terus-menerus.
Jauhkan dari Sumber Panas dan Api
Kapur barus mudah menguap dan bersifat mudah terbakar. Hindari menempatkannya dekat peralatan elektronik, kompor, atau sumber panas lainnya.
Ganti dengan Pengharum Alami yang Lebih Aman
Bunda bisa mencoba alternatif alami seperti daun pandan, kulit jeruk kering, cengkeh, kayu manis, atau minyak esensial sebagai pengharum dan pengusir serangga yang lebih ramah untuk anak.
Sebagai pengatur utama urusan rumah tangga, Bunda memiliki peran penting dalam menjaga lingkungan rumah yang aman dan sehat. Terlebih jika ada anak kecil di rumah, setiap bahan kimia yang digunakan harus dipertimbangkan dengan matang.
Memilih alternatif yang lebih alami dan aman tidak hanya menjaga kesehatan keluarga, tetapi juga menciptakan rumah yang lebih ramah untuk tumbuh kembang anak. Edukasi kecil seperti ini dapat mencegah risiko besar di masa depan.
Foto: Internet
Kapur barus memang sering digunakan untuk mengusir serangga atau menghilangkan bau, namun penggunaannya harus dilakukan dengan penuh kehati-hatian. Enam bahaya yang telah disebutkan, mulai dari gangguan pernapasan hingga kejang pada anak, menegaskan pentingnya penggunaan yang cerdas dan bertanggung jawab. Sebagai Bunda yang peduli dengan kesehatan keluarga, selalu baca label produk, simpan dengan benar, dan pertimbangkan pilihan alami yang lebih aman. Langkah kecil ini bisa memberikan dampak besar bagi kenyamanan dan kesehatan seluruh anggota keluarga.