Kode Otentikasi telah dikirim ke nomor telepon melalui WhatsApp
Sebagai Bunda muda, tentu kita ingin memastikan bahwa si kecil tumbuh dengan sehat dan optimal. Namun, tidak semua tantangan tumbuh kembang anak terlihat jelas. Salah satu yang sering tidak disadari adalah gangguan pada pemrosesan sensorik atau sensory processing disorder. Anak dengan kondisi ini mengalami kesulitan dalam menerima, mengolah, atau merespons informasi sensorik seperti suara, cahaya, sentuhan, dan gerakan tubuh.
Bila tidak ditangani sejak dini, masalah sensori bisa berdampak pada interaksi sosial, kemampuan belajar, hingga keseharian anak. Yuk, Bunda, kenali 10 red flag atau tanda yang menunjukkan anak mungkin memiliki masalah sensori. Simak selengkapnya bersama Bunda dan si Kecil!
Jika si kecil cenderung enggan bermain di taman bermain, naik perosotan, atau takut berjalan di tempat tinggi, bisa jadi ini adalah tanda sistem keseimbangan (vestibular) anak belum berkembang optimal. Anak mungkin merasa tidak nyaman atau cemas saat tubuhnya bergerak dinamis, yang bisa terlihat dari seringnya ia menghindari aktivitas fisik.
Wajar jika anak memilih-milih makanan. Tapi bila si kecil hanya mau makan beberapa jenis makanan saja, dan menolak makanan dengan tekstur tertentu secara konsisten, ini dapat menandakan sensitivitas berlebih pada mulut (oral defensiveness). Anak bisa merasa terganggu oleh rasa, bau, atau tekstur makanan yang menurut kita biasa saja.
Foto: Internet
Kebiasaan berjalan jinjit tanpa alasan medis yang jelas sering dikaitkan dengan sensitivitas terhadap sentuhan di telapak kaki. Anak mungkin merasa tidak nyaman saat seluruh telapak kakinya menyentuh permukaan, sehingga memilih berjalan hanya dengan ujung kaki.
Anak yang sering menjatuhkan barang, menabrak benda atau orang, atau tampak tidak sadar posisi tubuhnya, mungkin mengalami gangguan pada sistem proprioseptif. Sistem ini membantu anak mengenali posisi tubuhnya di ruang. Ketidakseimbangan ini bisa membuat anak tampak ceroboh, padahal sebenarnya ia tidak merasakan tubuhnya secara utuh.
Jika si kecil menutup telinga atau terlihat stres di tempat ramai seperti mal, pasar, atau acara keluarga, ini bisa menjadi tanda bahwa ia sangat sensitif terhadap suara dan keramaian. Anak mungkin merasa kewalahan dengan berbagai stimulus yang datang bersamaan.
Foto: Internet
Ada anak yang menyukai baju ketat atau berlapis, bahkan saat cuaca panas. Ada juga yang justru menolak memakai pakaian tertentu, seperti baju berbahan kasar atau kaus kaki. Reaksi ini menunjukkan adanya gangguan sensorik pada sistem peraba (taktil), sehingga anak bisa merasa sangat tidak nyaman dengan pakaian yang menurut kita biasa.
Apakah si kecil selalu bergerak, berlari, memanjat, dan tampak tidak pernah lelah? Bisa jadi ia sedang mencari stimulus sensorik tambahan agar tubuhnya merasa nyaman. Anak hiperaktif seperti ini sering terlihat “tak kenal capek” dan butuh aktivitas fisik untuk menenangkan sistem tubuhnya.
Anak yang tampaknya tidak mendengar saat dipanggil, padahal tidak ada gangguan pendengaran, mungkin sedang mengalami overload sensorik. Ia bisa terlalu fokus pada rangsangan lain yang diterimanya atau merasa kewalahan dengan terlalu banyak suara dan sensasi.
Foto: Internet
Ketika anak terlalu fokus pada lampu, layar gadget, atau benda-benda berwarna cerah dan mencolok, bisa jadi ini adalah bentuk pencarian akan stimulasi visual tambahan. Ini mungkin terlihat sebagai ketertarikan biasa, namun jika terus menerus, bisa menjadi indikator gangguan sensori visual.
Apakah anak sering memasukkan benda ke mulut atau menjilat tangannya, bahkan setelah melewati usia oral (1–2 tahun)? Ini bisa menunjukkan kebutuhan anak untuk mendapatkan input sensorik melalui mulut, yang berhubungan dengan sistem oral-motoriknya.
Gangguan sensorik bukan sekadar sifat anak yang “aneh” atau “sulit diatur”. Jika dibiarkan, hal ini dapat memengaruhi kemampuan anak dalam berinteraksi sosial, regulasi emosi, hingga prestasi belajar. Banyak anak dengan gangguan ini sebenarnya sangat cerdas dan penuh potensi, namun kesulitan dalam mengatasi sensasi tubuh membuat mereka tampak sulit mengikuti lingkungan sekitar.
Amati Perilaku Sehari-Hari
Perhatikan kebiasaan anak dan catat pola-pola yang mencurigakan.
Konsultasi dengan Profesional
Jika Bunda merasa ada yang tidak biasa, segera diskusikan dengan psikolog anak, terapis okupasi, atau dokter anak.
Ciptakan Lingkungan Nyaman
Hindari memaksa anak untuk terlibat dalam aktivitas yang membuatnya tidak nyaman secara sensorik.
Pertimbangkan Terapi Integrasi Sensorik
Banyak anak menunjukkan perkembangan yang signifikan setelah menjalani terapi yang tepat sesuai kebutuhan mereka.
Sebagai Bunda, peran kita sangat besar dalam mendeteksi dan menangani masalah tumbuh kembang anak sejak dini. Mengenali tanda-tanda gangguan sensori adalah langkah awal untuk memberikan dukungan terbaik bagi si kecil. Jangan ragu untuk mencari bantuan, terus belajar, dan dampingi anak dengan penuh kasih sayang. Ingat, setiap anak unik dan membutuhkan pendekatan yang sesuai agar dapat tumbuh bahagia, sehat, dan percaya diri.