Mendiamkan vs. Menemani Anak Saat Tantrum: Mana yang Lebih Baik?
Mendiamkan vs. Menemani Anak Saat Tantrum: Mana yang Lebih Baik?

Tantrum adalah bagian dari perkembangan emosional anak, terutama di usia balita. Saat tantrum terjadi, anak bisa menangis, berteriak, berguling di lantai, atau menunjukkan ekspresi emosi yang intens.

Bagi orang tua, menghadapi tantrum bisa menjadi tantangan. Beberapa orang tua memilih untuk mendiamkan anak, sementara yang lain lebih memilih untuk menemani anak selama tantrum.

Namun, manakah pendekatan yang lebih baik untuk perkembangan emosional anak? Mari kita simak lewat artikel Bunda dan si Kecil berikut ini!

Dampak Mendiamkan Anak Saat Tantrum

Sebagian orang tua memilih untuk mengabaikan anak saat tantrum dengan harapan anak akan tenang dengan sendirinya. Pendekatan ini biasanya ditunjukkan dengan:

  • Tidak merespons atau berbicara kepada anak.
  • Memalingkan wajah atau berpura-pura sibuk dengan hal lain.
  • Tidak melakukan kontak mata.
  • Menghindari sentuhan fisik seperti memeluk atau mengusap anak.
  • Menunjukkan ekspresi ketus atau tidak sabar.

Sekilas, cara ini mungkin terlihat efektif dalam jangka pendek karena anak akhirnya berhenti menangis. Namun, dalam jangka panjang, ada beberapa dampak psikologis yang perlu diperhatikan:

  1. Anak Merasa Diabaikan
    Saat tantrum, anak mengalami ledakan emosi yang sulit mereka kendalikan. Jika orang tua memilih untuk tidak merespons, anak bisa merasa diabaikan atau tidak didengar, yang membuat mereka semakin frustrasi.
  2. Anak Kesulitan Mengekspresikan Emosi
    Anak yang sering diabaikan saat tantrum mungkin akan belajar menekan emosinya, bukan mengelolanya dengan baik. Hal ini dapat menyebabkan anak kesulitan mengekspresikan perasaan mereka di masa depan.
  3. Hubungan Anak dan Orang Tua Menjadi Jauh
    Jika anak merasa orang tuanya tidak memahami atau tidak peduli dengan perasaannya, ikatan emosional mereka bisa melemah. Anak mungkin akan enggan berbagi perasaan mereka di kemudian hari.

Tantrum bukanlah perilaku buruk, melainkan cara anak belajar mengelola emosi. Jika diabaikan terus-menerus, anak bisa tumbuh menjadi pribadi yang sulit memahami dan mengekspresikan emosinya.

Cara menghadapi tantrum anak, tantrum balita, mendidik anak tantrum, tantrum usia 2 tahun, pola asuh positif, Bunda, si Kecil

Foto: Internet

Manfaat Menemani Anak Saat Tantrum

Sebaliknya, menemani anak saat tantrum berarti memberikan dukungan emosional tanpa harus menyerah pada tuntutan mereka.

Pendekatan ini bukan berarti memanjakan anak, tetapi membantu mereka memahami dan mengelola emosinya.

Orang tua yang menemani anak saat tantrum biasanya melakukan hal berikut:

  • Menenangkan diri sendiri sebelum merespons anak.
  • Berada di dekat anak secara fisik, tanpa memaksa interaksi.
  • Berbicara dengan nada tenang dan penuh pengertian.
  • Menjaga kontak mata dan bahasa tubuh yang terbuka.
  • Memberikan pelukan jika anak menginginkannya.

Menemani anak saat tantrum memiliki banyak manfaat dalam jangka panjang, seperti:

  1. Anak Merasa Dipahami dan Didukung
    Saat orang tua hadir dan menemani anak dengan sabar, anak akan merasa emosinya diterima. Ini membantu mereka belajar bahwa memiliki perasaan besar adalah hal yang normal dan bisa dikelola.
  2. Membantu Anak Mengembangkan Regulasi Emosi
    Anak yang terbiasa ditemani saat tantrum akan belajar bagaimana cara mengendalikan emosinya dengan lebih baik. Mereka akan memahami bahwa ada cara sehat untuk mengekspresikan perasaan mereka.
  3. Membangun Ikatan Emosional yang Kuat
    Ketika anak merasa didukung dalam situasi sulit, mereka akan semakin percaya kepada orang tuanya. Ini menciptakan hubungan yang lebih erat antara anak dan orang tua, yang penting bagi perkembangan sosial dan emosional anak.

Menemani anak saat tantrum bukan berarti memenuhi keinginannya, tetapi membantu mereka mengenali dan mengatur emosinya dengan baik.

Cara Efektif Menemani Anak Saat Tantrum

Tidak semua tantrum harus direspons dengan cara yang sama. Berikut beberapa langkah yang bisa diterapkan:

  1. Tetap Tenang
    Anak-anak sangat peka terhadap emosi orang tua. Jika orang tua tetap tenang, anak akan lebih mudah menenangkan dirinya sendiri.
  2. Validasi Perasaan Anak
    Gunakan kata-kata yang menunjukkan bahwa orang tua memahami perasaan anak, seperti:
    • "Aku tahu kamu kesal karena mainannya diambil."
    • "Kamu pasti kecewa karena tidak bisa mendapatkan yang kamu mau."

Dengan begitu, anak akan belajar bahwa emosinya dihargai, tetapi tetap ada batasan dalam perilakunya.

  1. Jangan Langsung Memberikan Solusi
    Saat tantrum terjadi, anak mungkin tidak memerlukan solusi segera, tetapi hanya butuh didengar. Tunjukkan bahwa Anda ada untuk mereka sebelum mencoba menyelesaikan masalah.
  2. Berikan Sentuhan Fisik Jika Anak Menginginkannya
    Beberapa anak merasa lebih nyaman saat dipeluk atau diusap punggungnya ketika mereka menangis. Namun, jika anak menolak, berikan ruang tetapi tetap berada di dekatnya.
  3. Ajak Anak Berbicara Setelah Tantrum Reda
    Setelah anak lebih tenang, ajak mereka berbicara tentang apa yang terjadi. Ini membantu anak mengenali perasaannya dan memahami cara yang lebih baik untuk mengekspresikannya di lain waktu.

Cara menghadapi tantrum anak, tantrum balita, mendidik anak tantrum, tantrum usia 2 tahun, pola asuh positif, Bunda, si Kecil

Foto: Internet

Kesimpulan

Mendiamkan anak saat tantrum mungkin tampak sebagai solusi praktis, tetapi dalam jangka panjang, hal ini bisa berdampak negatif pada perkembangan emosional anak.

Sebaliknya, menemani anak dengan penuh kesabaran dan empati akan membantu mereka belajar mengelola emosi dengan lebih baik, mempererat hubungan orang tua dan anak, serta meningkatkan kepercayaan diri mereka.

Saat menghadapi tantrum anak:

  • Jangan panik, tetap tenang.
  • Dengarkan dan validasi perasaan anak tanpa langsung memberi solusi.
  • Berikan sentuhan fisik jika anak menginginkannya.
  • Ajak anak berbicara setelah emosinya mereda.

Ketika orang tua memilih untuk menemani anak dengan cara yang tepat, anak akan tumbuh menjadi individu yang lebih stabil secara emosional dan memiliki keterampilan sosial yang lebih baik.

Jadi, tetaplah hadir untuk anak Anda dengan penuh kasih sayang dan kesabaran!

Artikel yang berkaitan