Kode Otentikasi telah dikirim ke nomor telepon melalui WhatsApp
Belajar bukan hanya urusan anak sekolah atau mahasiswa. Belajar adalah bagian dari keterampilan hidup yang akan menentukan apakah seseorang akan terus bertumbuh atau justru stagnan. Namun, banyak orang dewasa termasuk Bunda tanpa sadar mengalami kondisi yang disebut malas belajar, atau dalam istilah modern dikenal sebagai intellectual laziness.
Malas belajar bukan berarti tidak cerdas, tetapi merupakan bentuk sikap mental yang enggan membuka diri terhadap ilmu baru dan terlalu nyaman dengan pengetahuan yang sudah dimiliki. Di zaman sekarang, di mana perubahan sangat cepat terjadi, sikap ini bisa menjadi penghambat besar dalam hidup pribadi maupun sosial. Simak penjelasan selengkapnya bersama Bunda dan si Kecil!
Sikap malas belajar bisa dikenali dari beberapa gejala berikut:
• Tidak lagi mencari informasi baru di luar kebiasaan sehari-hari
• Enggan mengikuti pelatihan, seminar, atau membaca buku karena merasa “sudah cukup tahu”
• Merasa cepat puas dengan wawasan yang ada dan menolak sudut pandang yang berbeda
• Tidak lagi merasa penting untuk meningkatkan diri secara pengetahuan
Jika tanda-tanda ini mulai terasa, bisa jadi Bunda sedang mengalami penurunan semangat belajar. Padahal, ilmu dan wawasan selalu berkembang. Apa yang Bunda anggap cukup hari ini, bisa jadi tidak lagi relevan besok.
Foto: Internet
Malas belajar bukan hanya soal tidak membaca buku atau mengikuti pelatihan. Ia juga berdampak langsung pada kesehatan dan fungsi otak, serta kemampuan beradaptasi di masa depan.
Terjebak dalam Zona Nyaman Intelektual
Zona nyaman bisa terasa aman, tapi justru membuat kita berhenti berkembang. Ketika otak tidak dipicu untuk berpikir kritis atau menyerap informasi baru, koneksi antar sel otak melemah. Akibatnya, Bunda menjadi kurang adaptif terhadap perubahan dan cenderung melihat dunia dari perspektif yang sempit.
Sulit Mengikuti Perubahan Zaman
Dunia terus berubah dari teknologi, komunikasi, hingga cara mendidik anak. Jika Bunda tidak terus belajar, Bunda bisa merasa tertinggal, kewalahan, atau bingung dalam merespons perubahan, baik di lingkungan kerja maupun dalam peran sebagai Bunda.
Menurunnya Daya Inovasi dan Kognitif
Belajar menjaga elastisitas otak. Saat malas belajar menjadi kebiasaan, kemampuan otak untuk berpikir kreatif, mengambil keputusan, dan memecahkan masalah akan melemah. Ini membuat Bunda kurang percaya diri dalam menghadapi tantangan sehari-hari.
Ada beberapa alasan mengapa seseorang, termasuk Bunda muda, menjadi enggan untuk terus belajar:
• Merasa Sudah Tahu Cukup
Banyak orang berhenti belajar karena merasa sudah cukup tahu. Padahal, ilmu berkembang setiap waktu.
• Takut Terlihat Tidak Pintar
Rasa malu memulai dari nol atau merasa “sudah terlalu tua untuk belajar” membuat banyak orang enggan belajar sesuatu yang baru.
• Budaya Konten Cepat Saji
Terlalu sering mengonsumsi konten singkat membuat stamina berpikir mendalam menurun. Akibatnya, membaca buku atau menonton video edukatif terasa berat.
• Lingkungan Kurang Mendukung
Tidak adanya teman diskusi atau komunitas yang mendorong budaya belajar dapat melemahkan semangat untuk berkembang.
Foto: Internet
Sebagai Bunda muda, hari-hari mungkin dipenuhi rutinitas yang melelahkan: bangun pagi, menyusui, menyiapkan makanan, mengasuh anak, dan urusan rumah lainnya. Dalam kondisi seperti ini, belajar mungkin terasa seperti beban tambahan.
Namun, justru karena itu, belajar bisa menjadi jalan untuk menyegarkan pikiran dan menjaga identitas pribadi di luar peran sebagai Bunda. Bunda yang terus belajar akan:
• Memiliki cara berpikir yang fleksibel dan kritis
• Lebih siap menghadapi tantangan pengasuhan modern
• Menjadi panutan bagi anak yang melihat Bundanya tetap aktif secara intelektual
Belajar tidak harus formal atau berat. Berikut beberapa cara yang bisa Bunda lakukan untuk membangun kembali semangat belajar:
Terapkan Metode Microlearning
Cukup sediakan 10–15 menit sehari untuk membaca artikel, menonton video edukatif, atau mendengarkan podcast. Ini bisa dilakukan sambil menyusui, memasak, atau beristirahat.
Buat Target Belajar Mingguan
Tentukan satu topik untuk dipelajari setiap minggu. Misalnya: dasar-dasar keuangan keluarga, pola makan anak, atau sejarah lokal. Satu topik kecil per minggu akan memperkaya wawasan secara konsisten.
Tantang Diri Belajar Hal Baru
Cobalah hal-hal yang belum Bunda kuasai sebelumnya. Bisa membuat jurnal, mengikuti kelas daring, atau belajar keterampilan rumah tangga yang lebih efisien.
Bergabung dengan Komunitas yang Mendorong Pertumbuhan
Cari grup belajar online, forum Bunda pembelajar, atau komunitas literasi. Lingkungan yang suportif sangat membantu mempertahankan semangat belajar.
Belajar Bersama Anak
Bunda bisa belajar lewat proses mendidik anak. Misalnya, menjawab pertanyaan sederhana dari anak bisa mendorong Bunda untuk mencari tahu lebih lanjut dan memicu rasa ingin tahu kembali.
Foto: Internet
Malas belajar bukan berarti tidak mampu, tetapi karena otak terlalu lama berada dalam kenyamanan. Mengubah pola pikir dan membangun kembali semangat belajar adalah cara terbaik untuk menjaga vitalitas intelektual.
Di tengah perubahan dunia yang cepat, hanya orang yang mau terus belajar yang bisa tetap relevan, percaya diri, dan siap menghadapi masa depan. Bunda yang terus mengembangkan diri juga akan menjadi contoh nyata bagi anak bahwa belajar adalah bagian dari kehidupan, bukan kewajiban semata.