Kode Otentikasi telah dikirim ke nomor telepon melalui WhatsApp
Peran ayah dalam tumbuh kembang anak tidak bisa digantikan. Ayah bukan sekadar pencari nafkah, melainkan panutan yang berperan membentuk karakter, cara anak melihat dunia, dan bagaimana mereka membangun relasi di kemudian hari. Namun, tanpa disadari, ada banyak tindakan ayah yang jika dilakukan di depan anak bisa meninggalkan dampak psikologis jangka panjang.
Sebagai bunda yang juga turut membangun pondasi keluarga, penting untuk menyadari apa saja perilaku ayah yang sebaiknya tidak terlihat oleh anak. Berikut ini adalah sembilan sikap yang sebaiknya dihindari ayah, lengkap dengan solusinya agar lingkungan rumah tetap kondusif bagi tumbuh kembang anak.
1. Bertengkar di Depan Anak
Melihat orang tua bertengkar bisa memicu kecemasan, rasa tidak aman, bahkan trauma pada anak. Mereka bisa merasa bersalah, bingung, atau mengira bahwa pertengkaran adalah hal normal dalam hubungan keluarga.
Solusi: Sebisa mungkin selesaikan konflik dengan pasangan di luar jangkauan anak. Latih diri untuk berdiskusi dengan nada tenang dan penuh respek satu sama lain. Ini akan menjadi contoh komunikasi sehat bagi anak.
Foto: Internet
2. Melakukan Kekerasan Fisik terhadap Ibu
Tindakan seperti memukul, mendorong, atau membentak pasangan menciptakan rasa takut dan bisa membuat anak tumbuh dalam persepsi bahwa kekerasan adalah cara menyelesaikan masalah. Anak laki-laki bisa meniru perilaku ini, dan anak perempuan bisa merasa tidak layak mendapat perlakuan yang baik.
Solusi: Tunjukkan kasih sayang dan penghormatan terhadap pasangan. Tindakan kecil seperti memuji, membantu, dan mendengarkan dapat memberi gambaran hubungan yang sehat.
3. Tidak Menjalankan Nilai Ibadah atau Prinsip yang Diajarkan
Bagi keluarga yang menjunjung tinggi nilai-nilai spiritual atau agama, ayah yang tidak konsisten menjalankan ibadah bisa membingungkan anak. Mereka melihat perbedaan antara apa yang diajarkan dan yang dilakukan.
Solusi: Jadilah contoh dalam menjalankan nilai keimanan atau prinsip hidup yang diyakini keluarga. Anak belajar lebih banyak dari apa yang mereka lihat dibanding apa yang mereka dengar.
4. Marah Berlebihan dan Membentak
Suara keras, bentakan, atau ancaman dapat membuat anak merasa takut, tidak dicintai, dan tertutup. Ini juga berpotensi mengembangkan perilaku agresif atau penakut dalam jangka panjang.
Solusi: Latih pengendalian emosi. Gunakan metode disiplin positif seperti mengajak anak berdiskusi saat mereka berbuat salah. Pendekatan yang tenang tapi tegas justru lebih efektif membentuk perilaku.
Foto: Internet
5. Memukul Anak
Kekerasan fisik tidak hanya menyakiti tubuh, tapi juga menghancurkan rasa percaya dan aman dalam hubungan antara ayah dan anak. Anak yang sering dipukul lebih rentan mengalami kecemasan, rendah diri, atau bahkan trauma.
Solusi: Gunakan metode disiplin yang membangun, seperti memberikan konsekuensi logis, time-out, atau mengajak anak memahami akibat perbuatannya. Sentuhan kasih lebih membentuk daripada hukuman fisik.
6. Berbohong di Depan Anak
Kebohongan kecil sekalipun bisa menurunkan kepercayaan anak terhadap orang tuanya. Anak juga belajar bahwa berbohong adalah cara yang sah untuk menyelesaikan masalah.
Solusi: Tunjukkan kejujuran dalam setiap situasi. Akui kesalahan jika terjadi, dan jadikan momen tersebut sebagai pembelajaran yang berharga.
7. Merokok di Depan Anak
Selain membahayakan kesehatan karena anak menjadi perokok pasif, tindakan ini juga bisa menanamkan persepsi bahwa merokok adalah perilaku yang normal dan diterima.
Solusi: Hindari merokok di dalam rumah atau di hadapan anak. Jika memungkinkan, jadikan ini sebagai motivasi untuk berhenti merokok demi kesehatan keluarga.
Foto: Internet
8. Terlalu Sibuk dengan Ponsel
Anak akan merasa diabaikan ketika melihat ayahnya lebih sibuk dengan ponsel daripada berinteraksi langsung dengan mereka. Ini bisa menyebabkan anak merasa tidak penting dan kehilangan koneksi emosional dengan ayahnya.
Solusi: Luangkan waktu berkualitas tanpa gadget setiap hari, meskipun hanya 15–30 menit. Lakukan aktivitas sederhana seperti bermain bersama, membaca buku, atau sekadar mengobrol ringan.
9. Menghina atau Merendahkan Anak
Kata-kata seperti “bodoh”, “nakal”, atau “tidak bisa apa-apa” bisa membekas dalam memori anak dan mempengaruhi cara pandangnya terhadap diri sendiri. Anak yang sering direndahkan cenderung tumbuh dengan rasa percaya diri yang rendah.
Solusi: Gunakan pujian yang membangun, meski dalam kondisi disiplin. Misalnya, alih-alih mengatakan “kamu nakal”, katakan “bunda tahu kamu bisa berbuat lebih baik.”
Mengapa Sikap Ayah Berdampak Besar pada Anak?
Ayah adalah figur otoritas, pelindung, sekaligus panutan dalam keluarga. Apa yang anak lihat dan rasakan dari ayah mereka akan menjadi bagian dari kepribadian dan nilai yang mereka bawa hingga dewasa. Anak yang tumbuh dalam lingkungan yang hangat, penuh cinta, dan penuh respek cenderung memiliki kecerdasan emosional lebih baik, kemampuan bersosialisasi yang lebih matang, serta rasa percaya diri yang sehat.
Foto: Internet
Kesimpulan: Ayah sebagai Teladan Kebaikan
Menjadi ayah yang baik bukan berarti sempurna, melainkan sadar akan setiap tindakan dan pengaruhnya terhadap anak. Dengan menghindari sembilan sikap di atas, bunda dan ayah dapat bersama-sama menciptakan rumah yang nyaman, sehat secara emosional, dan mendukung pertumbuhan anak secara menyeluruh. Mulailah dari hal kecil, karena perubahan besar berawal dari kesadaran dan niat untuk terus belajar menjadi orang tua yang lebih baik.