Kode Otentikasi telah dikirim ke nomor telepon melalui WhatsApp
Air merupakan komponen vital yang menunjang berbagai fungsi tubuh. Bagi orang dewasa, asupan air yang cukup penting untuk menjaga metabolisme, suhu tubuh, dan fungsi organ. Namun, bagaimana dengan bayi dan balita? Apakah mereka juga memerlukan air putih sebanyak kita?
Pertanyaan ini sering muncul di kalangan Bunda muda, terutama yang sedang menjalani masa-masa awal merawat bayi. Memberikan air putih kepada bayi memang terlihat sederhana, tetapi jika dilakukan tanpa pemahaman yang tepat, justru bisa membahayakan kesehatan si kecil.
Berikut ini adalah panduan lengkap mengenai kebutuhan air minum untuk bayi dan balita, berdasarkan tahap usia dan kondisi perkembangan mereka. Simak panduan selengkapnya bersama Bunda dan si Kecil!
Pada usia ini, bayi mendapatkan seluruh kebutuhan cairannya dari ASI atau susu formula. Kedua sumber ini sudah mengandung sekitar 80 persen air, yang cukup untuk memenuhi kebutuhan hidrasi bayi, sekaligus memberikan nutrisi penting bagi pertumbuhan dan kekebalan tubuh.
Foto: Internet
Mengapa tidak perlu diberi air putih?
• Air putih tidak mengandung kalori atau zat gizi.
• Memberikan air pada usia ini bisa menyebabkan bayi merasa kenyang, sehingga mengurangi minat menyusu dan mengganggu asupan gizi.
• Risiko paling berbahaya adalah keracunan air atau water intoxication, yang dapat mengganggu keseimbangan elektrolit dalam tubuh dan berdampak pada otak bayi.
Tips untuk Bunda:
• Fokuskan pada pemberian ASI eksklusif atau susu formula sesuai anjuran.
• Hindari pemberian air, bahkan dalam jumlah kecil, kecuali ada indikasi medis dan atas saran dokter.
Mulai usia enam bulan, bayi mulai mengonsumsi Makanan Pendamping ASI (MPASI). Pada tahap ini, air putih boleh diperkenalkan, tetapi dalam jumlah yang sangat terbatas.
Foto: Internet
Takaran yang dianjurkan:
• Maksimal 118 ml air per hari (sekitar setengah gelas kecil).
Air berfungsi sebagai pelengkap setelah makan, bukan pengganti ASI atau susu formula.
Tips untuk Bunda:
• Berikan air putih menggunakan cangkir kecil atau gelas belajar, bukan botol dot, untuk menghindari kebingungan puting.
• Sajikan air hanya setelah bayi makan makanan padat.
• Tetap pantau apakah bayi tetap menyusu dengan baik.
Memasuki usia sembilan bulan, aktivitas bayi semakin banyak. Mereka mulai duduk, merangkak, bahkan mencoba berdiri. Di fase ini, tubuh membutuhkan lebih banyak cairan, terutama setelah bermain atau makan.
Takaran yang dianjurkan:
• Sekitar 227 ml air per hari (setara satu gelas kecil).
Namun, ASI atau susu formula masih menjadi sumber utama cairan dan nutrisi.
Tips untuk Bunda:
• Jadikan air putih sebagai satu-satunya minuman utama selain susu.
• Hindari memperkenalkan jus atau minuman manis, agar anak terbiasa dengan rasa air putih.
• Perhatikan tanda dehidrasi seperti mulut kering, tangisan tanpa air mata, atau popok yang lebih jarang basah.
Saat anak berusia satu tahun, mereka memasuki fase balita dan sudah bisa makan makanan keluarga dalam porsi kecil. Di usia ini, air mulai memiliki peran lebih penting dalam pola makan harian.
Takaran yang dianjurkan:
• Sekitar 227 hingga 946 ml air per hari, tergantung dari makanan, aktivitas, dan kondisi cuaca.
Sebagian cairan tetap didapatkan dari susu dan makanan berkuah seperti sup atau bubur.
Tips untuk Bunda:
• Ajarkan anak membawa botol air sendiri saat berpergian.
• Jadwalkan waktu minum seperti setelah makan dan setelah bermain.
• Hindari memberikan minuman kemasan, sirup, atau teh manis yang bisa memicu ketergantungan gula sejak dini.
Meskipun terdengar tidak berbahaya, memberikan air terlalu banyak pada bayi, terutama di bawah usia enam bulan, bisa menyebabkan keracunan air. Kondisi ini menyebabkan kadar natrium dalam darah turun drastis dan bisa memicu:
• Kram otot
• Kelesuan
• Kejang
• Hipotermia
• Dalam kasus parah, bisa menyebabkan koma
Foto: Internet
Oleh karena itu, pemberian air harus benar-benar disesuaikan dengan usia dan kebutuhan bayi.
Agar aman dan bermanfaat, Bunda bisa mengikuti panduan berikut saat mulai memperkenalkan air pada si kecil:
Gunakan air matang dan bersih. Pastikan air sudah direbus hingga mendidih dan didinginkan sebelum diberikan.
Gunakan gelas bayi. Hindari memberikan air dengan dot karena bisa menyebabkan bingung puting dan kebiasaan minum saat tidur.
Perhatikan respons anak. Jangan memaksa bayi minum jika ia menolak. Berikan dalam suasana santai dan menyenangkan.
Diskusikan dengan tenaga kesehatan. Bila anak mengalami kondisi khusus seperti diare, demam, atau muntah, konsultasikan kepada dokter terkait kebutuhan cairannya.
Selain dari air putih, Bunda juga bisa memberikan cairan tambahan melalui makanan, terutama untuk anak yang sudah mulai makan MPASI. Beberapa pilihan makanan kaya air yang baik untuk balita antara lain:
• Semangka, melon, dan jeruk
• Sup ayam atau sayur bening
• Bubur encer
• Sayuran rebus seperti labu atau bayam
Dengan variasi ini, kebutuhan cairan anak bisa terpenuhi dengan cara yang lebih menyenangkan.
Memahami kebutuhan air minum bagi bayi dan balita bukan hanya tentang menjaga mereka tetap terhidrasi, tetapi juga bagian penting dalam mendukung pertumbuhan dan kesehatan jangka panjang. Setiap tahap usia memiliki kebutuhan yang berbeda, dan penting bagi Bunda untuk menyesuaikannya agar tidak berlebihan maupun kurang. Mulailah membiasakan anak minum air putih sejak usia yang tepat dan ajarkan kebiasaan sehat ini sebagai bagian dari rutinitas harian. Dengan panduan ini, Bunda bisa lebih percaya diri dalam mengelola asupan cairan si kecil dan mendukung tumbuh kembang mereka secara optimal.