Kode Otentikasi telah dikirim ke nomor telepon melalui WhatsApp
Banyak Bunda merasa bingung atau khawatir ketika melihat anak sering berpindah aktivitas, cepat bosan, atau tidak menyelesaikan tugasnya. Pertanyaan seperti “Kenapa ya, anakku susah banget fokus?” sering muncul, terutama saat anak mulai masuk usia sekolah. Namun sebelum buru-buru menilai, penting untuk mengetahui bahwa kemampuan anak untuk fokus sangat erat kaitannya dengan usia dan tahap perkembangan otaknya. Simak penjelasannya bersama Bunda dan si Kecil!
Rentang Fokus Anak Bukan Sama dengan Orang Dewasa
Sering kali Bunda membandingkan kemampuan fokus anak dengan orang dewasa padahal kapasitas itu berkembang seiring bertambahnya usia. Anak-anak memang secara alami memiliki rentang perhatian yang lebih pendek. Berikut ini adalah estimasi umum mengenai durasi fokus anak berdasarkan usia:
Usia 2 tahun: 4 – 6 menit
Usia 4 tahun: 8 – 12 menit
Usia 6 tahun: 12 – 18 menit
Usia 8 tahun: 18 – 24 menit
Usia 10 tahun: 20 – 30 menit
Usia 12 tahun: 24 – 36 menit
Usia 14 tahun: 28 – 42 menit
Usia 16 tahun: 32 – 48 menit
Jadi jika anak Bunda yang berusia 4 tahun hanya bisa bertahan belajar selama 10 menit sebelum meminta bermain, itu sebenarnya masih dalam batas wajar. Rentang perhatian bukanlah masalah malas atau tidak serius, melainkan bagian dari proses tumbuh kembang yang harus dihormati.
Foto: Internet
Strategi Melatih Fokus Anak di Rumah
Meskipun rentang perhatian anak terbatas, Bunda tetap bisa membantu anak untuk melatih kemampuan fokusnya secara bertahap. Berikut beberapa cara yang bisa dilakukan dalam suasana rumah tangga yang hangat dan menyenangkan:
Libatkan Anak dalam Diskusi Ringan
Bunda bisa mengajak anak berdiskusi tentang hal-hal yang menarik minatnya. Topik yang disukai anak biasanya akan membuatnya lebih antusias dan fokus. Alih-alih memberi perintah satu arah, coba tanyakan pendapat anak, ajak berdialog. Contoh: “Kalau kamu jadi burung, kamu mau terbang ke mana, ya?” Diskusi semacam ini melatih perhatian dan memperluas imajinasi.
Gunakan Permainan yang Merangsang Daya Pikir
Puzzle, balok susun, atau permainan strategi sederhana bisa membantu anak belajar menyusun langkah dan memperhatikan detail. Aktivitas ini menstimulasi konsentrasi secara alami tanpa tekanan. Anak-anak tidak merasa sedang “belajar” tapi sesungguhnya mereka sedang melatih fokus.
Foto: Internet
Buat Rutinitas dengan Jeda Fokus
Saat anak belajar atau beraktivitas, bantu atur waktunya dengan metode jeda fokus. Misalnya, anak usia 6 tahun belajar selama 15 menit, lalu istirahat 5 menit untuk minum atau bergerak ringan. Pola ini membantu otak tetap segar dan tidak cepat lelah.
Minimalkan Gangguan Lingkungan
Ketika anak sedang membaca atau mengerjakan tugas, cobalah menciptakan suasana yang mendukung. Jauhkan TV, gadget, atau suara gaduh yang bisa mengalihkan perhatiannya. Tempat belajar yang nyaman bisa meningkatkan kemampuan fokus secara signifikan.
Setiap Anak Unik: Fokus Butuh Penyesuaian Pendekatan
Penting bagi Bunda untuk memahami bahwa setiap anak memiliki karakteristik dan gaya belajar yang berbeda-beda. Ada anak yang bisa fokus sambil mendengarkan musik lembut, ada yang justru butuh suasana hening. Beberapa anak suka bekerja sambil bergerak, sementara lainnya lebih suka duduk tenang.
Tugas Bunda bukan memaksakan satu metode tertentu, melainkan mengamati dan menemukan pendekatan yang paling cocok untuk si kecil. Bersikap fleksibel dan terbuka terhadap perubahan sangat membantu dalam proses ini.
Foto: Internet
Kesabaran dan Konsistensi adalah Kunci
Melatih fokus anak bukanlah hal instan. Dibutuhkan latihan berulang, konsistensi, dan tentu saja kesabaran. Beberapa hal penting yang perlu Bunda ingat dalam mendampingi anak melatih fokus antara lain:
Jangan membandingkan anak dengan saudara atau anak lain sebayanya. Setiap anak berkembang dalam ritmenya sendiri.
Berikan waktu istirahat yang cukup. Anak yang kelelahan akan kesulitan untuk berkonsentrasi, bahkan pada hal yang disukainya.
Jadilah contoh. Anak yang melihat Bunda fokus saat membaca, bekerja, atau menyelesaikan pekerjaan rumah cenderung meniru kebiasaan tersebut.
Apresiasi setiap pencapaian kecil. Misalnya, ketika anak berhasil menyelesaikan tugasnya tanpa terganggu, beri pujian hangat atau pelukan. Hal sederhana ini bisa meningkatkan motivasinya.
Penutup: Fokus Bisa Dilatih, Bukan Dituntut
Anak-anak sedang berada dalam fase eksplorasi dunia. Ketika mereka terlihat mudah terdistraksi, bukan berarti mereka nakal atau tidak mau berusaha. Bisa jadi, otak mereka memang belum siap untuk fokus dalam waktu lama. Daripada memarahi, jauh lebih baik jika Bunda mendampingi dan membimbing mereka dengan sabar. Dengan pendekatan yang hangat, suasana yang mendukung, dan metode yang tepat, Bunda bisa membantu anak meningkatkan kemampuan konsentrasinya sedikit demi sedikit. Ingat, membentuk anak yang bisa fokus bukan soal menuntut, tapi soal melatih dengan cinta.