Kode Otentikasi telah dikirim ke nomor telepon melalui WhatsApp
Kehamilan adalah salah satu fase paling membahagiakan dalam hidup seorang perempuan. Namun, di balik rasa bahagia menyambut kehadiran buah hati, tidak sedikit Bunda hamil yang mengalami pergolakan emosi yang cukup intens. Salah satu gangguan mental yang patut diwaspadai adalah depresi saat hamil, atau yang dikenal dengan istilah antenatal depression.
Banyak Bunda yang mengira perasaan cemas, mudah marah, atau sedih adalah hal normal karena perubahan hormon kehamilan. Padahal, jika dibiarkan berlarut-larut, kondisi ini bisa berkembang menjadi depresi yang membahayakan kesehatan Bunda dan janin. Oleh karena itu, penting bagi setiap Bunda, pasangan, dan orang-orang terdekat untuk memahami apa saja penyebab depresi saat hamil dan bagaimana cara menanganinya. Simak penjelasan selengkapnya bersama Bunda dan si Kecil!
Depresi saat hamil adalah kondisi gangguan suasana hati yang berlangsung terus-menerus dan memengaruhi fungsi sehari-hari. Gejalanya meliputi kesedihan yang mendalam, kehilangan minat pada aktivitas, kelelahan ekstrem, sulit tidur, gangguan nafsu makan, perasaan tidak berharga, hingga pikiran negatif yang terus muncul. Berbeda dari baby blues yang biasanya terjadi pasca persalinan dan bersifat sementara, depresi saat hamil perlu penanganan medis dan dukungan psikologis.
Foto: Internet
Beberapa penyebab umum yang dapat memicu depresi pada masa kehamilan meliputi:
1. Riwayat Keluarga dengan Gangguan Kesehatan Mental
Jika dalam keluarga Bunda ada yang memiliki riwayat gangguan kejiwaan seperti depresi atau gangguan kecemasan, maka risiko Bunda mengalami kondisi serupa selama kehamilan bisa lebih tinggi. Faktor genetik berperan besar dalam membentuk kerentanan emosional seseorang, terutama saat menghadapi perubahan besar seperti kehamilan.
2. Pernah Mengalami Depresi Sebelumnya
Bunda yang memiliki riwayat pernah mengalami depresi, baik sebelum menikah, saat remaja, atau pada fase kehidupan sebelumnya, lebih berisiko mengalami kambuhnya gejala selama masa kehamilan. Kondisi ini biasanya diperparah oleh perubahan hormon, rasa cemas tentang menjadi Bunda, dan tekanan sosial.
3. Kurangnya Dukungan Sosial dan Emosional
Bunda hamil sangat membutuhkan dukungan dari pasangan, keluarga, dan lingkungan sekitar. Ketika tidak mendapat perhatian, empati, atau bantuan dalam menjalani kehamilan, perasaan kesepian dan ketidakberdayaan bisa muncul. Kurangnya dukungan dapat memperparah stres dan menjadi pemicu munculnya depresi.
4. Kehamilan yang Tidak Direncanakan
Kehamilan yang terjadi secara mendadak atau tidak direncanakan bisa menimbulkan tekanan emosional. Bunda mungkin merasa belum siap secara finansial, fisik, atau mental. Kondisi ini sering memunculkan rasa takut, bingung, dan ketidakpastian akan masa depan, yang semuanya bisa meningkatkan risiko depresi saat hamil.
Foto: Internet
5. Mengalami Masalah atau Tekanan Hidup Berat
Masalah seperti konflik rumah tangga, kesulitan ekonomi, kehilangan pekerjaan, atau kehilangan orang terdekat bisa menambah beban pikiran selama kehamilan. Jika tidak ada tempat bercerita atau cara menyalurkan emosi secara sehat, Bunda bisa mengalami kelelahan emosional yang akhirnya memicu depresi.
6. Perubahan Hormon dan Fisik yang Signifikan
Perubahan hormon estrogen dan progesteron yang drastis saat hamil dapat memengaruhi suasana hati. Ditambah lagi dengan keluhan fisik seperti mual berlebih, kelelahan, dan gangguan tidur, hal ini bisa memperberat kondisi psikologis Bunda hamil yang sedang dalam masa penyesuaian diri.
Foto: Internet
Depresi saat hamil bukan hanya berdampak pada kondisi emosional Bunda, tetapi juga dapat memberikan efek buruk pada janin. Beberapa dampak yang bisa terjadi antara lain:
Risiko bayi lahir prematur
Berat badan lahir rendah
Gangguan perkembangan emosi anak di masa depan
Kelemahan dalam pembentukan ikatan antara Bunda dan bayi
Meningkatkan risiko postpartum depression
Karena itu, penting bagi Bunda untuk tidak mengabaikan tanda-tanda depresi, dan segera mencari bantuan profesional jika gejala mulai mengganggu aktivitas harian.
Agar Bunda bisa melewati kehamilan dengan lebih sehat secara emosional, berikut beberapa langkah yang bisa dilakukan:
1. Bangun Komunikasi Terbuka
Bicarakan apa yang dirasakan dengan pasangan, sahabat, atau anggota keluarga. Perasaan dipahami dan didengarkan sangat membantu meredakan tekanan mental.
2. Periksa Kesehatan Mental Secara Rutin
Saat melakukan pemeriksaan kehamilan, jangan ragu untuk juga membicarakan kondisi emosional dengan tenaga medis. Beberapa rumah sakit kini menyediakan layanan konseling untuk Bunda hamil.
3. Jalani Gaya Hidup Sehat
Olahraga ringan seperti jalan kaki, yoga prenatal, atau senam hamil dapat membantu melepaskan hormon endorfin yang memperbaiki suasana hati. Tidur cukup dan konsumsi makanan bergizi juga berperan besar dalam menjaga keseimbangan emosional.
4. Lakukan Relaksasi dan Aktivitas Positif
Melakukan kegiatan yang disukai seperti membaca, mendengarkan musik, atau merawat tanaman bisa membantu mengalihkan pikiran dari hal-hal yang membuat stres. Relaksasi seperti meditasi juga dapat membantu Bunda merasa lebih tenang.
5. Ikut Komunitas Bunda Hamil
Bergabung dengan komunitas Bunda hamil memungkinkan Bunda untuk berbagi pengalaman, mendapatkan dukungan moral, serta merasa tidak sendirian dalam menghadapi tantangan selama kehamilan.
Foto: Internet
Depresi saat hamil adalah kondisi serius yang tidak boleh dianggap remeh. Perubahan hormon, tekanan hidup, kurangnya dukungan sosial, atau pengalaman buruk sebelumnya bisa menjadi pemicunya. Namun, dengan mengenali gejalanya sejak dini, membangun komunikasi yang terbuka, dan menjalani gaya hidup sehat, Bunda dapat mengelola emosinya dengan lebih baik.
Jika merasa kewalahan, jangan ragu untuk mencari bantuan dari profesional seperti psikolog atau konselor kehamilan. Menjaga kesehatan mental selama hamil sama pentingnya dengan menjaga kesehatan fisik. Ingat, Bunda yang bahagia akan memberi energi positif bagi tumbuh kembang janin.