Kode Otentikasi telah dikirim ke nomor telepon melalui WhatsApp
“Kenapa anaknya belum bisa membaca?”
“Kok masih tidur sama ibunya?”
“Masih disuapi? Harusnya sudah bisa makan sendiri dong!”
Komentar-komentar semacam ini terdengar biasa dalam percakapan sehari-hari. Bahkan, sering kali dilontarkan tanpa maksud jahat. Namun, apa yang terdengar ‘sekadar’ pendapat bisa menjadi beban emosional yang berat bagi ibu yang mendengarnya. Tanpa kita sadari, kita sedang melakukan mom shaming—menilai dan menghakimi pola asuh ibu lain hanya karena berbeda dari cara kita.
Di era digital dan keterbukaan informasi seperti sekarang, pola asuh menjadi perbincangan yang tak ada habisnya. Tapi yang perlu kita sadari bersama: setiap ibu punya kisah, kondisi, dan cara sayang yang berbeda.
Setiap Anak Itu Unik, Begitu Juga Cara Mengasuhnya
Anak-anak tidak dilahirkan dengan standar yang sama. Mereka memiliki karakter, kebutuhan emosional, tumbuh kembang, serta ritme belajar yang berbeda-beda. Ada anak yang cepat bicara, tapi lambat berjalan. Ada yang aktif berinteraksi, ada pula yang lebih menyukai ketenangan.
Dengan perbedaan itu, tentu saja tidak ada satu pola pengasuhan yang bisa dianggap paling benar. Apa yang efektif untuk satu anak, belum tentu cocok diterapkan pada anak lain—bahkan dalam keluarga yang sama. Inilah sebabnya bunda tidak perlu merasa bersalah jika cara mendidik anak berbeda dari orang tua lain.
Pengasuhan bukanlah ajang pembuktian siapa yang paling “hebat”. Ia adalah perjalanan panjang yang dilalui dengan cinta dan kepekaan terhadap kebutuhan anak dan dinamika keluarga.
Apa Itu Mom Shaming dan Kenapa Harus Diwaspadai?
Mom shaming adalah perilaku mengkritik, menghakimi, atau menyindir ibu lain terkait keputusan atau gaya pengasuhannya. Mom shaming bisa dilakukan secara langsung, lewat komentar terbuka, atau secara tidak langsung melalui obrolan di belakang atau unggahan media sosial.
Dampaknya tidak sepele:
Bunda yang sedang beradaptasi dengan peran sebagai orang tua bisa merasa sendirian, tertekan, dan ragu atas keputusan-keputusannya jika terus menerima kritik dari sekitar. Padahal, semua ibu tentu menginginkan yang terbaik untuk anaknya.
Foto: Internet
Di Balik Setiap Pilihan, Ada Alasan dan Cinta
Tidak ada ibu yang ingin dianggap gagal. Bahkan keputusan-keputusan yang terlihat "tidak umum", biasanya dilakukan atas dasar cinta dan pertimbangan yang matang. Misalnya:
Setiap keputusan itu punya alasan, dan tidak ada yang lebih tahu tentang anak selain ibu yang merawatnya setiap hari.
Tips Membangun Dukungan Antar Bunda, Bukan Penghakiman
Sebagai sesama ibu, kita punya tanggung jawab sosial untuk mendukung satu sama lain, bukan saling melemahkan. Berikut adalah beberapa cara agar kita tidak terjebak dalam mom shaming:
1. Utamakan empati, bukan opini.
Jika tidak setuju dengan cara orang tua lain, tanyakan dulu latar belakangnya. Setiap keputusan pasti punya cerita di baliknya.
2. Tawarkan bantuan, bukan penilaian.
Daripada berkata, “Anakmu belum bisa baca?”, cobalah bertanya, “Ada yang bisa aku bantu biar anakmu lebih nyaman belajar?”
3. Bangun komunitas yang suportif.
Temukan dan bangun ruang berkumpul (offline maupun online) dengan sesama ibu yang mendukung, tanpa saling menghakimi.
4. Validasi perjuangan setiap ibu.
Sampaikan bahwa bunda lain sudah melakukan yang terbaik. Kalimat sederhana seperti “kamu hebat” atau “aku kagum dengan caramu” bisa jadi penyemangat yang besar.
5. Ingat bahwa kita semua masih belajar.
Menjadi ibu bukan tentang tahu segalanya, tapi tentang bersedia belajar setiap hari dari pengalaman dan tantangan.
Foto: Internet
Pentingnya Menjaga Kesehatan Mental Bunda
Salah satu hal terpenting dalam pengasuhan anak adalah kondisi mental ibu. Ibu yang sehat secara emosi akan lebih mampu merespons kebutuhan anak dengan sabar, konsisten, dan penuh cinta. Ketika bunda merasa terus-menerus dinilai, itu bisa mengganggu kestabilan emosi dan berdampak pada hubungan dengan anak.
Maka dari itu, penting bagi setiap bunda untuk merawat diri, menetapkan batasan, dan memilih lingkungan sosial yang suportif. Hindari kelompok atau komunitas yang penuh penilaian. Sebaliknya, cari dukungan dari orang-orang yang menghargai perjuangan dan keberagaman cara mengasuh.
Kesimpulan: Hormati Setiap Perjalanan Ibu
Menjadi ibu adalah perjalanan luar biasa yang penuh tantangan dan keindahan. Tidak ada satu cara pengasuhan yang paling sempurna. Yang ada adalah usaha tulus untuk mencintai dan membimbing anak sesuai kemampuan dan nilai-nilai yang diyakini.
Alih-alih menghakimi, mari saling menguatkan. Karena saat satu ibu mengangkat ibu lainnya, yang tumbuh bukan hanya anak-anak kita, tapi juga kualitas kehidupan bersama sebagai perempuan, sebagai orang tua, dan sebagai manusia.
Foto: Internet